Syarat Puasa yang Istimewa
Banyak orang berpuasa Ramadan hanya dapat lapar dan haus. Namun puasa yang dikehendaki oleh Allah adalah manfaat rohani dan meraih takwa.
Editor: Y Gustaman
Oleh: KH. Cholil Nafis, Lc., Ph D, Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat dan Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail PB NU
Banyak orang yang berpuasa di bulan Ramadan yang tidak mendapat apa-apa kecuali merasakan lapar dan haus. Berpuasa yang hanya menahan diri dari makan, minum dan seks yang sifatnya lahiriyah maka yang didapat adalah faedah yang sifatnya fisik, seperti kesehatan tubuh dan berkurangnya berat badan. Namun puasa Ramadan yang dikehendaki oleh Allah SWT adalah manfaat rohani dan meraih takwa.
Ada beberapa syarat batin yang yang wajib dilaksanakan oleh orang yang berpuasa agar meraih keutamaan puasa. Imam al Ghazali dalam kitabnya, Ihya’ Ulumiddin menyebutkan enam syarat agar seseorang meraih nilai puasa yang istimewa. Pertama, memelihara pandangan mata dari segala sesuatu yang tidak baik, juga menjaganya dari sesuatu yang dapat mengganggu hati dari mengingat (zikir) kepada Allah SWT.
Kedua, menjaga mulut dari berbicara bohong, menggunjing keburukan orang lain, menebar permusuhan, dan segala pembicaraan yang buruk dan mengakibatkan pada keadaan yang kurang baik. Ketiga, menjaga pendengaran dari suara yang tidak baik dan mengakibatkan keresahan pada dirinya. Sebab, sesuatu yang dilarang untuk diucapkan pastinya dilarang untuk didengarkan.
Karenanya, Allah SWT menyamakan antara orang yang mendengarkan dengan orang yang makan barang haram. “Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong dan banyak memakan makanan yang haram” [Al-Maidah/5:42].
Keempat, menjaga seluruh organ tubuhnya dari semua perbuatan maksiat. Seperti tangan jangan pernah menyentuh sesuatu yang diharamkan, kaki jangan sampai melangkah ke tempat yang diharamkan dan perut saat berbuka jangan ada barang haram yang masuk.
Kelima, tidak mengkonsumsi yang berlebihan sampai kekenyangan saat berbuka. Allah SWT sangat membenci orang yang kekenyangan meskipun memakan makanan halal. Coba renungkan, bagaimana seseorang dapat mengambil hikmah puasa jika seseorang menahan lapar dan haus untuk melemahkan nafsu dan mengalahkan syaitan, sementara saat berbuka ia melakukan sesuatu yang berlawanan dengan rasa yang dialami pada saat berpuasa di siang hari.
Acapkali ditemukan di bulan Ramadan seseorang membeli maca-macam makanan dan minuman yang tak pernah dimakan sebelumnya dengan alasan untuk memenuhi keinginan untuk dimakan saat berbuka di malam harinya. Dapat dimengerti, bahwa tujuan berpuasa adalah untuk menahan hawa nafsu dan menguatkan keinginan bertakwa. Namun, ketika seseorang menahan hawa nafsu dengan berpuasa di siang hari dan di malam harinya melampiaskan hawa nafsunya maka puasa di bulan Ramadan bukan menjadi kebaikan, tetapi malah menguatkan hawa nafsunya.
Keenam, setelah berbuka puasa, seseorang yang menjalankan ibadah puasa senantiasa khawatir dan harap-harap cemas, apakah puasanya diterima dan ia termasuk orang-orang yang dekat dengan Allah SWT ataukah puasanya ditolak sehingga termasuk orang-orang yang celaka. Begitulah sikap orang yang ingin menggapai puasa yang istimewa.
Syarat-syarat puasa tersebut yang membedakan derajat orang-orang yang berpuasa. Menuru Al-Ghazali, ada tiga kategori derajat orang berpuasa. Pertama, puasa pada umumnya (shaum al-umum). Yaitu puasa yang hanya menahan lapar, haus dan nafsu seksnya. Kedua, puasa khusus (shaum al-khusus). Yaitu, selain memenuhi syarat puasa juga menjaga seluruh panca indranya dari segala bentuk maksiat. Ketiga, puasa istimewa (shaum khushushu al-khushush). Yaitu, selain memenuhi dua model puasa tersebut juga hatinya berpuasa dari sifat tercela dan menaha pikirannya dari berpikir dan mengingat kepada selain Allah SWT. Mudah-mudahan kita dapat menggapai puasa yang istimewa.