Puasa Ramadan untuk Memenuhi Komitmen
Bagi orang yang punya integritas tinggi tidak mudah berjanji karena saat mengucapkan janji yang terpikir adalah untuk menepatinya.
Editor: Y Gustaman
Oleh: KH. Cholil Nafis, Lc., Ph D, Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat dan Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail PB NU
Janji adalah hutang yang harus dibayar. Bagi orang yang punya integritas tinggi tidak mudah berjanji karena saat mengucapkan janji yang terpikir adalah untuk menepatinya. Orang yang mudah berjanji biasanya mudah pula untuk menyalahinya. Jika hewan peliharaan dapat diikat geraknya dengan tali dilehernya, maka manusia dapat diikat dengan janjinya. Betapa pentingnya bagi manusia untuk menepati janjinya.
Orang-orang dipercaya untuk memimpin dan menduduki jabatan tertentu bukan semata-mata karena kecerdasannya. Tetapi karena mampu menumbuhkan dan memelihara kepercayaan. Karenanya, sifat para Rasul yang pertama adalah terpercaya karena dapat memenuhi janjinya. Nabi Ibrahim a.s. sebaga bapak dari para Rasul adalah orang yang sangat memnuhi janjinya.
Saat Nabi Ibrahim memohon agar dikaruniai anak, dan berjanji kepada Allah SWT bahwa kelak setelah punya anak akan tetap taat terhadap perintahnya. Maka setelah Allah SWT mengaruniai anak yang bernama Ismail, kemudian Allah SWT memerintah Nabi Ibrahim melalui mimpi untuk menyembelih anaknya sebagai qurban (mendekatkan diri ) kepada Allah. Nabi Ibrahim a.s. memenuhi perintah itu dengan menawarkan pelaksanaan qurban kepada Ismail, yang disambutnya dengan penuh ketaatan oleh Ismail. Nabi Ibrahim memenuhi komitmennya.
Demikian juga Nabi Isma'il sangat terkenal dengan orang yang sangat komitmen untuk memenuhi janji. Dalam suatu riwayat, jika Nabi Isma'il berjanji untuk bertemu seseorang di suatu tempat, maka Ia menunggu. Bahkan, Isma'il pernah menunggu sampai tiga hari karena seseorang yang telah berjanji tidak kunjung datang. Sifat Nabi Ismail itu dilukiskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an: "Dan ingatlah di dalam Kitab dari ha1 Ismail. Sesungguhnya dia adalah benar dalam berjanji dan adalah dia Rasul, lagi Nabi ". (QS. Maryam: 54).
Nabi Muhammad SAW dikenal dengan orang yang jujur dan menepati janjinya sehingga mendapat kepercayaan masyarakat dan mendapat gelar Al-Amin (yang terpercaya). Bahkan Allah SWT berkali-kali menyebut dalam Al-Qur'an bahwa Allah SWT adalah Yang Maha Memenuhi janji dan tak pernah mengingkari janji-Nya. "Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji" (QS. Ali Imran:9).
Puasa Ramadan bagi orang mukmin adalah pemenuhan janjinya saat mengikrarkan Islam. Bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan-Nya. Saat berpuasa semata-mata tunduk pada perintah-Nya sehingga meninggalkan sesuatu yang diinginkan oleh dirinya. Biasanya, seseorang mempersembahkan sesuatu dalam menyembah, tetapi dalam ibadah puasa persembahannya adalah meninggalkan sesuatu yang diinginkan demi ridha-Nya.
Saat puasa di bulan Ramadan semua bersatu dalam amal menuju satu tujuan. Semua orang muslim tidak makan, tidak minum dan tidak menyalurkan nafsu syahwatnya di siang hari, di bulan dan waktu yang sama. Tidak ada bedanya antara yang kaya dengan yang miskin sehingga sama-sama tidak bisa menikmati konsumsi. Semua mukmin yang berpuasa menuju pada pelabuhan takwa.
Tanda-tanda bahwa berpuasa untuk memenuhi komitmen keimana kepada Allah SWT adalah mengumandangkan takbir di penghujung Ramadan, di saat merayakan hari kemenangan. Memuji kebesaran Allah SWT bahwa manusia dapat kembali menyalakan fitrahnya. Dalam takbir juga memuji kebesaran Allah SWT dan hanya menyembah-Nya tanpa menyekutukan dengan yang lain.
Puasa Ramadan adalah bentuk pemenuhan komitmen hanya bertuhan kepada Allah SWT dalam segala ibadah dan perbuatan. Bukan bertuhan pada materi, jabatan atau kesenangan duniawi yang didorong oleh hawa nafsu. Semua dorongan hawa nafsu ditinggalkan karena memenuhi janji kepada Allah SWT. Puasa Ramadan sebulan penuh dengan amalan-amalan sunahnya semata-mata karena untuk memenuhi pengakuan diri bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan yang membawa risah dari Allah SWT.