Suka-cita Warga Indonesia Berlebaran di Suriah
Suka cita hari raya Idul Fitri yang jatuh pada 17 Juli 2015 juga membawa kedamaian di sejumlah negara yang beberapa tahun ini terus berkecamuk perang
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Gusti Sawabi
Laporan Edwin Firdaus
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Suka cita hari raya Idul Fitri yang jatuh pada 17 Juli 2015, tidak hanya dirasakan umat Islam di negera-negara aman, melainkan juga membawa kedamaian di sejumlah negara yang beberapa tahun ini terus berkecamuk akibat perang,
Seperti di Suriah. Negara yang lima tahun belakangan ini tak henti-hentinya 'dihujani peluru' di sejumlah wilahnya, pun tak luput dari suka cita hari raya tersebut.
Bahkan dikabarkan Duta Besar KBRI Damaskus, Djoko Harjanto, pada hari raya Idul Fitri 1436 Hijriah ini pihaknya bisa mengadakan open house atau silaturahmi masyarakat Indonesia dan masyarakat lokat Suriah di Wisma Duta di daerah Yafour, Damascus Countryside.
"Idul Fitri di Indonesia, bukan hanya milik umat muslim, tetapi juga telah menjadi milik bangsa Indonesia dan dirayakan bersama apapun agamanya. Kami memiliki tradisi mudik di mana seluruh keluarga besar hadir di kampung halaman dan melakukan sungkem kepada orang tua," kata Dubes Djoko dalam sambutannya menjelaskan tentang kebiasaan bangsa Indonesia saat Idul Fitri kepada tamu-tamu lokal Suriah.
Menurutnya, kebiasaan open house Idul Fitri memang tidak dikenal di masyarakat Suriah. Maka dari itu, acara silaturahim masyarakat Indonesia di Wisma Duta menjadi daya tarik sendiri bagi masyarakat Suriah.
"Biasanya kami hanya memiliki acara bersalam-salaman di Masjid Agung Ummayah dengan Presiden, kemudian acara di keluarga masing-masing," tutur Anas al-Halabi salah satu warga lokal Suriah.
Puluhan menu khas Indonesia juga disajikan pada acara itu. Seperti opor ayam, rendang, sate, gulai kambing, juga cemilan-cemilan khas Nusantara. Menurut istri Dubes Djoko, Rosa Triana, diperlukan sekitar tiga hari untuk menyiapkan semua jenis panganan khas Indonesia itu.
Maklum, acara open house tahun 2015 ini merupakan yang pertama diadakan dalam kondisi krisis Suriah.
"Tantangannya adalah bahan dan bumbu yang tidak berbeda dengan di Tanah Air. Jadi kami sedikit berimprovisasi," kata Rosa Triana.
Suasana Damaskus yang berangsur-angsur membaik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, membuat acara open house sukses diadakan pagi hingga sore hari itu. Ditambah kekhawatiran ancaman pemberontak yang akan membombardir dan merebut Damaskus ketika bulan Ramadhan, tidak terjadi. Bahkan sepanjang Ramadhan hingga lebaran, Damaskus relatif aman dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Kalau tahun lalu, mana mungkin kita berani bikin acara seperti ini. Kondisi masih sangat berbahaya," kata AM. Sidqi, diplomat Pelaksana Fungsi Penerangan Sosial Budaya KBRI Damaskus.
Suka cita pun bertambah riang pada hari itu, karena setelah dibuka dan berdoa, acara dilanjutkan dengan ramah tamah dan bernyanyi bersama. Para mahasiswa dari Perhimpunan Pelajar Indonesia bisa unjuk gigi di atas panggung yang telah disediakan. Sampai-sampai Dubes Djoko juga bisa berpartisipasi mengiringi organ para artis Indonesia di Damaskus tersebut.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.