Istimewanya Bulan Ramadan, Ini Ganjarannya Bagi yang Menjalankan Ibadah Puasa
Ramadan adalah satu-satunya bulan yang disebutkan di dalam Alquran
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Ramadan adalah bulan istimewa.
Apa saja yang spesial dibulan Ramadan?
Mari simak penjelasan KH Husin Naparin Lc MA. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalimantan Selatan dalam tulisannya di Banjarmasin Post (Tribunnews.com Network).
Keistimewaan ini dibuktikan dengan diturunkannya wahyu-wahyu Allah; suhuf Ibrahim AS diturunkan pada awal Ramadan, Taurat 6 Ramadan, Injil 13 Ramadan, Zabur 18 Ramadan dan Alquran 24 Ramadan. (HR Tabrani, Al-Jami’ Ash-Shagir, 1, hal.109).
Masyhurnya Alqur’an diturunkan pada 17 Ramadan, ada pula yang mengatakan malam Senin dini hari 21 Ramadan bertepatan 10 Agustus 610 M. Umur Nabi Muhammad SAW waktu itu 40 tahun 6 bulan 12 hari (H), atau 39 tahun 3 bulan 22 hari (M).
Ramadan adalah satu-satunya bulan yang disebutkan di dalam Alquran, Allah SWT berfirman yang artinya, “…Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (QS Albaqarah 185).
Ramadan adalah bulan urutan kesembilan dalam kalender hijriah (H) yang sudah digunakan sejak zaman jahiliyah.
Ada relevansi yang menarik antara Ramadan urutan kesembilan ini dan perintah puasa; dimana dalam berpuasa seseorang harus mampu mengatur aktivitas sembilan lubang yang ada pada dirinya, yaitu dua lubang mata, dua lubang telinga, dua lubang hidung, dua lubang kemaluan dan satu lubang mulut, semuanya berjumlah sembilan.
Ada yang mengatakan Ramadan adalah salah satu nama Allah, ada pula yang mengatakan nama seorang saleh, ada lagi yang mengatakan Ramadan berarti melebur dosa.
Barang kali yang terakhir ini yang lebih tepat, karena di dalam Ramadan diperintahkanya shiam atau puasa sebagai salah satu penghapusan dosa.
Nabi SAW bersabda, “Man shama ramadhana imanan wah-tisaban gufiralahu ma taqaddama min dzanbih,” artinya, “Barang siapa yang berpuasa Ramadan karena beriman kepada Allah dan mencari ganjaran dari Allah, diampunkan dosa-dosanya yang terdahulu.” (HR Baihaqi).
Maksudnya, yang bersangkutan berpuasa memenuhi perintah Allah yang diserukan di dalam Alquran yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Albaqarah 183).
Disamping itu yang bersangkutan benar-benar hanya mencari ridha Allah SWT, bukan karena malu kepada sesama manusia jika tidak berpuasa atau hanya karena menyesuaikan diri dengan lingkungan dan bahkan bisa jadi dengan tujuan untuk mencari kesehatan.
Puasa adalah ibadah istimewa, dilaksanakan sebagai kesyukuran diturunkannya petunjuk agung, itulah dia Alquran Al Karim.
Jika ganjaran satu kebaikan sepuluh kali lipat, ganjaran infaq fi sabilillah mencapai tujuh ratus kali lipat, tapi ganjaran puasa hanya Allah SWT yang tahu berapa ganjarannya. (HR Tabrani dll). Atau bisa jadi tanpa ganjaran apa-apa; ia hanya mendapatkan lapar dan haus belaka. Puasa orang yang kedua ini orang yang perutnya berpuasa tetapi perilakunya tidak berpuasa, baginya Ramadan sama saja dengan bulan-bulan di luar Ramadan.
Oleh sebab itu, dalam menghadapi kedatangan bulan Ramadan ini, seyogianya seorang muslim menyiapkan diri sebaik-baiknya, antara lain,
1). Teoritis praktis berupa fikih puasa, 2). Materi yang halal agar dapat berbuka dan bersahur dengan benar lebih-lebih dapat memberikan jamuan berbuka bagi orang lain, yang pahalanya didapatkan sebanyak orang yang dia bukakan, 3). Persiapan fisik berupa kesehatan yang purna, sehingga dapat melaksanakan puasa dengan segar dan tegar, dapat menyemarakkan malam-malam Ramadan dengan qiyamul lail, bacaan-bacaan Alquran, istigfar dan doa-doa, 4). Kesiapan mental, berupa iman yang mantap untuk menuju final goal puasa, yaitu derajat takwa.
Suatu amal ibadah memerlukan empat perkara, yaitu 1). Al ilmu bihi qabla syuru’ihi, wa illa ma kana yufsiduhu aksara mimma yushlihuhu, artinya: Ilmu beramal sebelum melaksanakannya, tanpa ilmu, amal ibadah lebih dekat kepada batalnya dari pada sahnya. 2). Anniyatu inda syuru’ihi, wa illa fala yu’jaru, artinya: Niat ketika memulai mengerjakan suatu amal; tanpa niat yang benar, amal tertolak. 3). Ash-shabru ba’da syuru’ihi fihi, wa illa fayakunu taqshiruhu aktsara min taufirihi, artinya: Sabar ketika melaksanakannya, tanpa kesabaran amal lebih mendekati kepada kekurangannya daripada kesempurnaannya. 4). Al-ikhlashu ‘inda taslimihi ilallahi wa illa fayuraddu amaluhu wala yuqbalu minhu, artinya : Ikhlas menyerahkan amalnya kepada Allah, tanpa ikhlas amal tertolak dan tidak diterima.