Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Masjid Jami Angke, Jejak Perjuangan Muslim Tionghoa di Tambora

Di keramaian ibu kota, terdapat satu masjid peninggalan abad ke-17 yang berada di sebuah gang di kawasan Tambora, Jakarta Barat.

Penulis: Yurike Budiman
Editor: Y Gustaman
Tribunnews.com/Yurike Budiman
Masjid Jami Angke berada di Jalan Pangeran Tubagus Angke, Gang Mesjid I, Tambora, Jakarta Barat.
Tribunnews.com/Yurike Budiman
Masjid Jami Angke berada di Jalan Pangeran Tubagus Angke, Gang Mesjid I, Tambora, Jakarta Barat.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yurike Budiman

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di keramaian ibu kota, terdapat satu masjid peninggalan abad ke-17 yang berada di sebuah gang di kawasan Tambora, Jakarta Barat.

Dahulu orang menyebutnya Masjid Jami Angke, sekarang menjadi Masjid Al-Anwar.

Bangunan berukuran 15x15 meter ini nyaris tak terlihat keberadaannya dari pinggir Jalan Pangeran Tubagus Angke, karena tersembunyi di dalam Gang Masjid I.

"Masjid ini dibangun oleh pejuang-pejuang Islam pada tahun 1751 yang terbentuk dari beberapa ornamen bergaya Cina, Eropa, Jawa dan ketiganya digabungkan dengan perpaduan antara Muslim dan Hindu," ujar Muhammad Habib, pengurus Masjid Jami Angke yang ditemui Tribunnews.com, Selasa (7/6/2016).

Masjid ini terdiri dari satu lantai. Konon sering kebanjiran sehingga ketinggian lantai ruang salat dinaikkan lima anak tangga dari lantai ruang luarnya.

Banyak simbol-simbol di masjid ini. Lima undakan atau tangga berjumlah lima melambangkan rukun Islam.

BERITA TERKAIT

"Sedangkan daun pintu semuanya ada tiga, tapi total daun pintunya ada enam. Ini menunjukkan rukun iman," ujar pengurus kedelapan ini.

Ia menerangkan jeruji jendela yang berada di sebelah timur berjumlah 10, menyimbolkan jumlah para malaikat yang orang banyak ketahui.

"Jeruji jendela sebelah selatan dan utara berjumlah sembilan menyimbolkan Wali Songo, kemudian sebelah barat jeruji jendelanya ada 20 merupakan sifat Allah," terang dia.

Kokohnya masjid ini ditopang empat pilar. Empat pilar ini melambangkan empat sahabat, empat imam juga empat tokoh malaikat.

Jika Anda memasuki masjid dari pintu utama, akan terlihat tangga kayu yang menghubungkan lantai dasar dengan lantai atas.

"Jumlah anak tangga di dalam masjid itu berjumlah 11 anak tangga, ini mengartikan perpaduan antara Rukun Iman dan Rukun Islam," jelas dia.

Masjid yang berdekatan dengan makam keramat para pejuang Islam abad 17 tersebut dibangun atas bantuan dua orang keturunan Tionghoa yang menjadi arsitek dan juga penggalang dana.

"Masjid ini dibangun oleh para pejuang sedangkan arsiteknya dipercayakan oleh seorang Muslim Tionghoa yang terkenal dengan Syekh Liong Tan. Sedangkan yang membantu pendanaan untuk pembangunan masjid pada masa itu adalah Nyonya Tan Nio yang menikah dengan bangsawan Banten," imbuh Habib.

Menurut Habib, hampir sepertiga biaya pembangunan masjid didanai oleh Nyonya Chen atau Tan Nio.

Ditambahkan Habib, makam keduanya berada di belakang masjid bersama para pejuang lainnya yang turut mendirikan masjid pada 2 April 1751.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas