Puasa Mengajarkan untuk Menyampaikan yang Benar dan Salah
Lebih utama jika mampu berpuasa dari berkata kotor dan berbuat keji.
Editor: Y Gustaman
KH. Cholil Nafis, Ph.D, Ketua Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat MUI Pusat
TRIBUNNEWS.COM - Kini umat muslim menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan. Diwajibkan bagi yang telah mukallaf (aqil dan baligh) untuk menjalankan ibadah puasa sebulah penuh. Puasa mencegah dari makan, minum dan hubungan seks dengan pasangan yang sah di siang hari.
Lebih utama jika mampu berpuasa dari berkata kotor dan berbuat keji. Bahkan Rasulullah saw. mengingatkan umat muslim bahwa, jika tak dapat meninggalkan berkata kotor dan berbuat keji maka Allah SWT. tidak butuh kepada puasa yang hanya tidak makan dan tidak minum di siang hari (puasa, red).
Kini godaan menyampaikan dan mendengarkan kata-kata kotor bahkan gibah mudah di depat sehingga lebih sulit bagi orang yang berpuasa untuk menghindarinya. Acara televisi kadang menyajikan pengajian tapi juga ada program yang menyajikan aib dan gibah. Di bulan Ramadan, acara televisi banyak menyajikan program-program religi, bahkan jam tayangnya pun disesuaikan dengan orang-orang yang sedang menjalankan ibadah puasa, seperti saat sahur dan menjelang buka puasa.
Acara keagamaan di televisi menjadi majelis kedua bahkan mungkin majelis pertama bagi sebagian muslim untuk memperdalam ilmu agama. Namun di televisi yang sama acara infotaimen acapkali menyajikan informasi tentang aib seseorang dan gibah.
Program televisi yang berisi pengajian dan informasi tidak lepas dari watak televisi sebagai media hiburan dan berita. Karenanya, program religi di televisi acapkali kotra produktif dengah sptirit religi dalam kemasan acaranya atau sisipan dengan program lainnya. Kadang pertimbangan utamanya masih soal rating dan ujungnya adalah berkaitan dengan sponsor untuk keberlangsungan bisnis media penyiaran.
Di sinilah media televisi dituntut bijak dalam mengatur dan membuat program agar dapat menyajikan informasi yang sehat: sesuai fakta sekaligus mengandung nilai kebaikan dan edukasi. Sebab media TV di masyarakat tidak hanya disaksikan secara individu tetapi juga dilakukan secara bersama-sama dengan keluarga atau umum. Kini televisi bukan barang mewah bagi masyarakat tetapi sudah menjadi kebutuhan. Hampir rumah-rumah memiliki televisi meskipun bangunan rumahnya tergolong sederhana
Selain acara televisi juga media sosial turut memberi fasilitas untuk mengganggu kesempurnaan ibadah puasa. Kalau tidak bijak dan menahan diri dalam berinteraksi di dunia maya kadang terjebak pada pembicara kotor dan gibah, sehingga mudah sekali melakukan “gibah berjemaah” dan berantai melalui media sosial.
Penyampaian informasi dipandang baik dan bernilai manakala memenuhi beberapa ketentuan. Pertama, qaulan sadidan, yaitu prinsip kejujuran untuk mengatakan yang benar sesuai fakta, akurat, objektif, dan tidak manipulatif yang membohongi khalayak (Q.S. 4:9;33;70). Artinya, pembicaraan yang benar, jujur dan tidak berbelitbelit. Benar itu sesuai fakta dan kenyataan adanya.
Kedua, qaulan baligha, yaitu prinsip kesesuaian pesan dengan kebutuhan khalayak dan dapat menyentuh kalbu/berbekas pada jiwa (Q.S. 4:63). Perkataan yang efektif dalam penyampaian informasi adalah yang tepat sasaran sehingga pesan dan informasi dapat diterima dengan baik oleh komunikan.
Ketiga, Qaulan layyinan, yaitu prinsip berkata-kata yang lemah lembut, tidak provokatif dan tidak menjatuhkan martabat orang lain (Q.S.20:44). Penyampaian informasi yang baik harus disampaikan dengan bahasa yang sopan dan santun sehingga tidak merendahkan dan tidak melukai pihak lain.
Keempat, Qaulan ma’rufan, yaitu prinsip menyosialisasikan dan mengajak kepada kebaikan (Q.S. 4:5). Penyampaian informasi harus mempertimbangkan kemaslahatan pendengar. Disamping memuat berita yang benar, jujur dan adil juga harus membawa pada kebaikan bagi komunikan.
Penyampaian infomasi dan perkataan yang baik bukan hanya mengemukakan informasi berdasarkan data dan fakta, namun lebih dari itu harus memberi dampak baik kepada pendengar.
Puasa harus menjadi control untuk melatih diri dalam menyeleksi informasi dan berita yang benar adanya dan mengandung kebaikan kepada masyarakat. Menyempaikan berita tak hanya karena benar dan faktual tetapi juga membawa kemaslahatan bagi khalayak.