Kekhalifahan Manusia
Allah ingin menjadikan Adam (manusia) sebagai khalifah di muka bumi. Malaikat protes keras.
Editor: Y Gustaman
Prof Dr Komaruddin Hidayat, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah
TRIBUNNEWS.COM - Dalam Alquran (2: 30-33) terdapat narasi dialog antara Tuhan dan malaikat. Dialog ini sangat menarik sehingga mengundang berbagai ahli tafsir untuk berusaha menangkap apa sesungguhnya pesan Allah dengan firmanNya itu.
Salah satu kata kuncinya adalah Allah ingin menjadikan Adam (manusia) sebagai khalifah di muka bumi. Kata dan konsep khalifah di sini dipahami berbeda dari konsep kekhalifahan yang diperjuangkan oleh ormas keagamaan yang menyebut dirinya HTI atau ISIS.
Ketika Allah berfirman hendak menjadikan manusia khalifah yang berarti wakil atau mandataris Tuhan di muka bumi, maka malaikat pun heran, kaget, lalu bertanya dengan nada protes. Wahai Tuhan, kata malaikat, akankah Engkau akan mengangkat mandatarisMu yang nantinya senang membuat kerusakan dan pertumpahan darah? Bukankah selama ini kami para malaikat senantiasa memujiMu dan menyucikanMu, apakah masih kurang?
Tuhanpun menjawab, Aku lebih tahu apa yang akan Aku lakukan, apa yang kamu tidak mengetahuinya. Maka Tuhan pun memberi bekal dan mengajari Adam ilmu pengetahuan tentang semesta ini, lalu dituangkan dalam simbol-simbol bahasa.
Dengan keunggulan akalnya Adam dan anak-anaknya melakukan kajian (iqra) tentang semesta, atau riset mengenai sifat-sifat alam, lalu hasilnya dituangkan dan diabadikan ke dalam simbol bahasa yang pada urutannya jadi buku-buku ilmiah. Sebuah kreasi yang tidak sanggup dilakukan oleh malaikat.
Dengan kemampuan akalnya, maka manusia dari zaman ke zaman senantiasa menggali dan memperluas ilmu pengetahuan. Dengan kegiatan re-search maka batas-batas ilmu selalu ditembus dan diperluas.
Manusia menciptakan simbol-simbol huruf dan angka untuk menyimpan dan mengkomunikasikan hasil risetnya sehingga dapat diwariskan kepada generasi di belakangnya. Dengan modal akal dan kebebasan berkreasi serta berinovasi maka dunia manusia jauh lebih kaya dari dunia malaikat dan hewan.
Manusia juga disebut sebagai homo faber. Makhluk yang selalu mencipta peralatan teknis agar hidup lebih nyaman. Misalnya, dari zaman ke zaman manusia selalu mencipta dan memperbaiki sarana transportasi untuk memperpendek jarak dan memanjakan diri. Untuk menutupi keterbatasan pendengarannya, maka diciptakan pesawat telepon untuk saling berbicara dan mendengarkan dari jarak jauh. Terinspirasi oleh burung yang terbang menjelajahi angkasa, maka manusia mencipa pesawat terbang. Demikianlah seterusnya, semua itu para malaikat tidak bisa melakukannya.
Tugas malaikat adalah bertahmid dan bertasbih yang dilakukannya secara konsisten tanpa penyimpangan karena malaikat tidak dibekali akal pikiran dan kebebasan berkreasi.
Jadi, keunggulan manusia itu tidak cukup dengan iman dan ritualnya saja, melainkan mesti didukung dengan keunggulan ilmunya. Sebagaimana disebutkan dalam Alquran (58: 11), Allah akan mengangkat derajat seseorang maupun sebuah bangsa jika mereka memiliki iman yang teguh dan ilmu pengetahuan yang unggul.
Manifestasi iman ialah akhlak yang yang mulia, mereka yang berintegritas. Ilmu tanpa integritas akan mudah mendorong mala petaka. Sebaliknya, rajin beribadah mirip malaikat, jika tanpa ilmu tak akan sanggup menerima mandat kekhalifahan Allah di muka bumi.
Potret dunia Islam sekarang ini sangat nyata, meski warisan ajaran agamanya paling lengkap dan paling mutakhir, alam yang dihuni pun kaya raya, tetapi karena tertinggal dalam capaian ilmu pengetahuan, maka masyarakat Islam kalah dalam membangun kemakmuran di dunia. Pada hal doa yang paling banyak dipanjatkan adalah bagaimana meraih kebaikan dunia, fiddunya hasanah, baru disusul kebaikan di akhirat, wa fil akhirati hasanah.