Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Memandang Diri Suci

Dalam Alquran (53:32) terdapat kata yang pantas sekali kita renungkan, yaitu fala tuzakku anfusakum (janganlah kamu memandang suci dirimu).

Editor: Y Gustaman
zoom-in Memandang Diri Suci
Tribun Pekanbaru/Melvinas Priananda
Ilustrasi. 

Prof Dr Komaruddin Hidayat, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah

TRIBUNNEWS.COM - Dalam Alquran (53:32) terdapat kata sindiran atau peringatan yang pantas sekali kita renungkan, yaitu fala tuzakku anfusakum. Janganlah kamu memandang suci atas dirimu.

Dalam ungkapan Jawa, jangan sok semuci. Ini penyakit hati yang serius yang masuk secara diam-diam dan mudah lepas kontrol. Bahwa seseorang merasa dirinya bersih, suci dan lebih baik dari yang lain.

Penyakit ini mudah menjangkiti orang yang merasa sudah banyak ibadahnya, banyak amalnya, padahal tak ada jaminan dan tak ada yang tahu apakah amalnya itu benar-benar ikhlas karena Allah atau ada motif lain yang menyelinap secara lembut sehingga merusak iman dan ibadah kita.

Terjemahan bebas dari ayat tersebut adalah: "Mereka menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji, kecuali kesalahan-kesalahan kecil. Sungguh Tuhanmu Mahaluas ampunan-Nya. Dia mengetahui tentang dirimu, sejak kamu dicipta dari tanah, lalu ketika kamu masih janin dalam perut ibumu. Maka jangankah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui siapa orang-orang yang bertakwa."

Ayat di atas menegaskan Allahlah yang menciptakan kita, dan mengetahui semua prosesnya sejak awal mula tercipta dari tanah, jadi janin, bahkan juga sampai kematian kita. Tak ada perbuatan sekecil apapun yang luput dari pengetahuan-Nya sepanjang hidup kita.

Jauh sebelum manusia menemukan teknologi CCTV, Alquran sudah mengenalkan sistem pengawasan ilahi yang bernama malaikat, yang merekam semua perbuatan manusia dan tak ada yang tersisa, tak ada yang terhapus. Tak ada manusia yang mampu membebaskan diri dari berbuat kesalahan dan dosa.

Berita Rekomendasi

Hanya tingkatan, volume, dan frekuensinya yang berbeda. Ada yang melakukan dosa besar, ada yang kecil, ada yang terang-terangan terlihat orang lain, ada yang sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui orang lain.

Bagi Allah, semuanya terlihat jelas. Yang baik di antara mereka adalah yang segera bertaubat, tidak mengulangi lagi setelah berbuat dosa. Lalu berusaha menjauhi hal-hal yang mendekatkan pada pintu dosa dan keji agar tidak terulang.

Namun, tidak mungkin manusia itu bisa menjaga dirinya putih bersih dari dosa dan kesalahan, sehingga Allah menghibur, jangan putus asa dari rahmat-Nya karena Dia Mahaluas ampunan-Nya. Oleh karenanya janganlah kita sok suci semuci.

Merasa dan memandang dirinya suci. Ibarat mobil yang sudah dicuci, begitu keluar garasi lalu masuk jalan raya pasti ada saja kotoran yang menempel.

Keyakinan dan kepastian

Para Rasul pilihan dan utusan Tuhan saja senantiasa berdoa mohon perlindungan dan minta ampun atas dosa-dosanya. Terlebih kita manusia biasa. Istri dan sahabat Rasulullah Muhammad saw. suatu hari bertanya campur heran mengapa setiap malam bangun salat malam sampai dengkulnya lecet.

Nabi menjawab, saya ingin sekali menjadi hamba yang pandai mensyukuri atas semua hidayah dan anugerah Allah yang dilimpahkan pada saya. Demikianlan, jangan lupa dalam setiap salat itu terdapat bacaan wajib: "Ya Allah, tunjukilah kami jalan yang lurus. Yaitu jalannya orang-orang yang telah Engkau beri kenikmatan hidup. Hindarkanlah kami dari jalannya orang-orang yang sesat dan Engkau murkai."

Jadi, dengan salat kita selalu memperkuat komitmen untuk menempuh jalan yang yang lurus, benar, dan bersikap rendah. Ini pun dilakukan Rasulullah.

Mengapa rendah hati? Tunjukilah kami jalan yang lurus. Ihdinasshiratalmustaqim. Itu dipanjatkan pada Allah sedikitnya 17 kali setiap hari. Artinya, betapa godaan dan jebakan untuk terpeleset itu sangat besar sehingga kita selalu bersimpuh mohon ampunan dan petunjuk pada-Nya.

Kalau saja kita sudah pasti selamat dan mesti masuk surga, untuk apa kita dianjurkan mohon petunjuk setiap hari? Sebagai orang beriman kita mesti yakin akan kebenaran agama kita dan yakin nantinya masuk surga.

Tetapi keyakinan berbeda dari kepastian. Siapa yang bisa memastikan seseorang masuk surga atau neraka? Itu hak prerogatif Allah, bukan manusia yang tidak bisa terbebas dari dosa.

Makanya terasa aneh kalau ada mazab yang dengan mudahnya menunjuk sesesorang bakalan masuk surga atau neraka. Yang demikian itu jangan-jangan termasuk golongan yang disindir Alquran sok suci semuci. Fala tuzakku anfusakum.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas