Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Cara Perempuan Indonesia yang Tinggal di Australia Ajarkan Puasa kepada Anak-anaknya

Masih ingatkah bagaimana orangtua Anda mengenalkan puasa pertama kalinya kepada Anda?

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Cara Perempuan Indonesia yang Tinggal di Australia Ajarkan Puasa kepada Anak-anaknya
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
ILUSTRASI: Jemaah mengisi waktu dengan mengaji Al Quran saat melakukan itikaf di Mesjid Raya Habiburrahman PT Dirgantara Indonesia, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Minggu (26/6/2016). 

TRIBUNNEWS.COM - Masih ingatkah bagaimana orangtua Anda mengenalkan puasa pertama kalinya kepada Anda?

Orangtua di tiap-tiap daerah, bahkan negara, memiliki caranya masing-masing untuk mengajarkan puasa kepada anak-anaknya.

Lalu bagaimana jika si orangtua berasal dari Indonesia tapi tinggal di Australia?

Dialah Astanti Rachmatiah, seorang WNI yang tinggal Australia.

Dia memiliki caranya sendiri mengajarkan puasa kepada putri kembarnya. Astanti yang biasa dipanggil Esty tinggal di Perth sejak menikah dengan seorang pria Australia 16 tahun lalu.

Dari pernikahan ini, Esty dan suaminya dikaruniai putri kembar, Annika dan Nabila, yang sekarang berusia 12 tahun.

“Saya pertama kali mengunjungi Australia sebagai mahasiswa S2 pada 1994-1996. Saya dulu pernah bekerja di Edith Cowan University di Perth, namun sejak kelahiran anak-anak, saya memutuskan fokus membesarkan anak dan total menjadi ibu rumah tangga.” kata Esty kepada reporter ABC Australia Plus Indonesia, L Sastra Wijaya.

Berita Rekomendasi

Menurut Astanti, walau sudah cukup lama menetap di Australia, tetapi setiap Ramadan tiba dia tetap merasakan kerinduannya terhadap tanah air.

“Terutama di saat berbuka puasa dan menjelang waktu sahur. Kerinduan akan suara adzan yang berkumandang menandakan waktu berbuka telah tiba,” kata dia.

Suasana tarawih pun sangat sulit didapatkan di sini, tambah Astanti.

Terutama karena jarak rumah dan masjid yang tidak dekat dan aktivitas rutin sehari-hari tidak berubah.

Untuk mengatasi kerinduan tersebut maka ketika Ramadhan tiba, Esty akan memasak masakan yang sedikit berbeda dan lebih bernuansa Indonesia untuk berbuka bersama keluarga.

“Namun umumnya hanya di minggu pertama saja, selanjutnya tetap kembali kepada menu yang lebih tepat dengan kondisi keseharian. Toh setelah seminggu anak-anak juga sudah terbiasa dengan suasana puasa dan sudah tidak menuntut masakan yang unik lagi.” katanya.

Kegiatan lain adalah sesekali berbuka puasa dengan keluarga Indonesia lainnya di Perth.

Halaman
12
Sumber: Intisari
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas