Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Nikmatnya Takjil Bubur Lodeh Masjid Sabiilurrosya’ad, Dusun Kauman, Yogyakarta

Mereka selalu berbuka dengan bubur sayur lodeh sejak masjid berdiri sekitar tahun 1570 Masehi.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Nikmatnya Takjil Bubur Lodeh Masjid Sabiilurrosya’ad, Dusun Kauman, Yogyakarta
KOMPAS IMAGES
Bubur sayur lodeh di Masjid Sabiilurrosya’ad, Dusun Kauman, Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Bantul, Yogyakarta 

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Tradisi umat Islam buka puasa di Masjid Sabiilurrosya’ad, Dusun Kauman, Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Bantul, Yogyakarta, cukup unik. Mereka selalu berbuka dengan bubur sayur lodeh sejak masjid berdiri sekitar tahun 1570 Masehi. 

Sekretaris Takmir Sabiilurrosya’ad, Hariyadi menyampaikan, tradisi takjilan dengan bubur sayur lodeh sudah dilakukan oleh Panembahan Bodho yang bernama asli Adipati Trenggono sejak abad ke 16 Atau sekitar tahun 1570 Masehi.

Panembahan Bodho merupakan murid dari Sunan Kalijaga yang menolak jabatan Adipati Terong di Sidorejo, dan memilih menjadi ulama dan mensyiarkan Islam di Desa Wijirejo.

"Beliau adalah putra Adipati Terong, yang menolak menjadi Adipati dan memilih menyebarkan Islam. Oleh beberapa kalangan disebut bodho," katanya, Minggu (25/5/2017).

Bubur sendiri merupakan makanan asli Gujarat, India. Bubur ini dicampur sayur lodeh yang merupakan makanan khas warga Jawa.

Cara penyajiannya, sambung Hariyadi, sayur disajikan dengan tempe dan tahu. Namun di hari Jumat, disajikan dengan daging Ayam.

Haryadi mengatakan, takjil bubur sayur lodeh ini memiliki makna. Pertama, berarti bibirrin atau kebagusan, yakni ajaran Islam itu harus diajarkan dengan cara yang baik, bukan dengan kekerasan.

Berita Rekomendasi

Kedua, beber, artinya sebelum disajikan dijelaskan mengenai ajaran Islam. "Sebelum takjilan akan dibeberkan ajaran Islam," jelasnya.

Ketiga, beber yang memiliki filososinya ajaran Islam harus menyatu dengan masyarakat, tanpa memandang status sosial dari mana dia berasal. Sementara untuk bubur yakni syiar Islam harus disampaikan dengan cara halus, bukan dengan pedang atau kekerasan.

"Islam harus disampaikan dengan lemah lembut," ucapnya.

Filosofi yang baik ini dipertahankan sampai sekarang oleh masyarakat di Masjid Sabiilurrosya’ad. Sebab, hingga kini masih relevan untuk mensyiarkan ajaran Islam. 

Penulis: Markus Yuwono

Artikel ini tayang di Kompas.com dengan judul: Menikmati Takjil Bubur Lodeh, Tradisi Buka Puasa dari Abad ke-16

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

Berita Populer
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas