Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Warga Luar Banyak Ziarahi Makam Gus Miek, Pencipta Dzikrul Ghofilin

Selama Ramadan jumlah peziarah ke makam Gus Miek makin banyak. Mereka mengirim doa dan mengaji Alquran di makam Gus Miek.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Warga Luar Banyak Ziarahi Makam Gus Miek, Pencipta Dzikrul Ghofilin
Surya/Mohammad Romadoni
Makam Gus Miek di Dusun Tambak, Desa Ngadi, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, banyak dikunjungi para peziarah ini. Apalagi saat memasuki bulan Ramadan. SURYA/MOHAMMAD ROMADONI 

Laporan Wartawan Surya, Mohammad Romadoni

TRIBUNNEWS.COM, KEDIRI - KH Hamim Djazuli atau Gus Miek wafat 24 tahun lalu. Kiai kharismatik itu dimakamkan di Dusun Tambak, Desa Ngadi, Mojo, Kabupaten Kediri.

Setiap hari makam Gus Miek selalu ramai didatangi para peziarah. Mereka dari berbagai wilayah di Jawa Timur maupun provinsi lain di Indonesia, bahkan luar negeri.

Selama Ramadan jumlah peziarah ke makam Gus Miek makin banyak. Mereka mengirim doa dan mengaji Alquran di makam Gus Miek yang wafat pada 5 Juni 1993 silam.

Gus Miek lahir pada 17 Agustus 1940. Kiai besar ini mempunyai peninggalan tradisi yang sampai saat ini masih dipertahankan.

Dia merupakan pencetus dan penyusun jemaah Dzikrul Ghofilin dan semaan Alquran yang dikenal sebagai Jantiko Mantab pada 1984.

Tradisi ini digelar Jumat Kliwon saban bulan. Tak tanggung-tanggung setiap kali tradisi itu digelar antusiasme ribuan peziarah yang berasal dari penjuru nusantara tumpah ruah di area makam Gus Miek.

Berita Rekomendasi

Juru kunci makam Gus Miek, Ahmad Muslih (74), mengatakan setiap kali digelar tradisi Dzikrul Ghofilin dan semaan Alquran jumlah peserta yang mengikuti bisa mencapai 7.000 orang.

Pesertanya mulai datang dari Sumatera, Lampung, Kalimantan, Jawa dan Bali, hingga dari luar negeri seperti Malaysia juga hadir untuk mengikuti zikir dan semaan Alquran.

Biasanya semaan Alquran akan dimulai sejak pagi sampai khatam 30 juz sekitar pukul 16.00 WIB. Selanjutnya adalah Dzikrul Ghofilin yakni berzikir sampai sekitar pukul 22.00 WIB.

"Peninggalan Gus Miek yang sampai saat ini selalu rutin digelar setiap malam Jumat Kliwon," ungkap Ahmad Muslih kepada Surya, Sabtu (3/6/2017).

Dikatakan Muslih, Ramadan tahun ini makam Gus Miek selalu ramai dikunjungi peziarah. Mulai dari satu keluarga hingga para santri dari pondok di Karesidenan Kediri datang untuk mendoakan beliau.

"Para peziarah yang datang ke makam Gus Miek mencari barokah mengaji di makam sang Auliya'," ujar dia.

Di sisi lain Muslih bercerita Gus Miek semenjak dulu telah bermusyawarah bersama para ulama besar untuk membuat area makam untuk para ulama di Jawa Timur di Dusun Tambak.

Hal itu dasari adanya tiga makam penyebar Islam yang berasal dari timur tengah. Ketiganya dipercaya sebagai penyebar islam di tanah jawa.

Mereka adalah, Syaikh Maulana 'Abdul Qodir Khoiri Bin Ismail Iskandariyah, Syaikh Maulana 'Abdullah Sholeh bin al Istanbul, Syaikh Maulana Muhammad Herman Arruman.

"Makam itu berusia sekitar abad 13. Sebelum zaman Kerajaan Majapahit, Kerajaan Demak, Wali Songo," jelasnya.

Menurut dia, di masa hidup Gus Miek sekitar tahun 1960 selalu berada di makam tersebut. Di pemakaman tersebut dia ingin dijadikan sebagai area pemakaman para ulama.

Ulama yang dikenal suka berdakwah di kerumunan orang dan tempat-tempat maksiat ini lantas menggagas tempat para makam ulama besar berada di Dusun Tambak.

Ditambahkan Muslih, alasan Gus Miek membuat makam di sini yakni untuk bersanding di area makam sepuh dari Timur Tengah membuat area makam di sini selamanya.

"Keinginannya membuat 41 ulama menjadi satu disini," imbuh dia.

Imam Syafi'i (30), warga Desa Depok, Kecamatan Bendungan, Trenggalek, mengaku setiap datang Ramadan selalu meluangkan waktu menginap di makam Gus Miek.

Kegiatan pondok Ramadan ini sudah dilakukannya sejak tahun lalu. "Ini sudah yang kedua kalinya. Tahun lalu saya juga tinggal disini saat Ramadan," kata Imam.

Rutinitas Imam di area makam Gus Miek selalu disi dengan kegiatan ibadah. "Setiap hari mengaji di makam Gus Miek. Untuk mencari berkah dan sang Auliya'," ungkap dia.

Imam bersama rekannya Syarif hidayatullah (23), asal Desa Nglebeng, Kecamatan Panggul, Trenggalek. Keduanya tinggal di sebuah bangunan persis di samping makam Gus Miek.

Menurut dia, saat ini ada 10 orang yang berasal dari berbagai daerah bermukim di makam Gus Miek.

"Ada satu orang dari Batam, satu dari Nganjuk, dua orang Mojokerto, Trenggalek dua orang, Kendal satu orang, Palembang satu orang dan Malang serta Jawa Barat masing-masing satu orang," imbuhnya.

Imam menjelaskan menunggu tradisi Dzikrul Ghofilin yang akan dilaksanakan pada malam Jumat Kliwon pekan depan. Amalan utama Dzikrul Ghofilin adalah membaca surah Al fatihah sebanyak 1000
kali dan Asmaul husna satu kali.

Biasanya pagi hari akan dimulai semaan Alquran Jantiko Mantab dan diteruskan setelah Magrib Dzikrul Ghofilin.

"Kemudian dilanjutkan membaca Syi'ir Dzikrul Ghofilin dan kitab yang disusun oleh Gus Miek," ucap dia.

Dikatakannya, kegiatan itu akan dimulai sejak pagi sampai sampai selesai sekitar pukul 22.00 WIB. Setelah itu diteruskan dengan ceramah.

Untuk biaya selama tinggal di sini Imam dan sembilan rekannya tidak dipungut biaya. Hanya pada awal masuk ke area makam memberikan sumbangan seihklasnya untuk pembangunan area makam.

"Makan juga diberi oleh donatur. Setiap buka puasa dan sahur selalu diberi gratis," ucap dia.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas