Al-Quran Bertinta Emas Berusia 250 Tahun Milik Warga Palembang ini Pernah Ditawar Kolektor Malaysia
sampul Al Quran dilapisi lempengan emas yang kadarnya 18 karat. Al Quran milik Ustadz Kms H Andi Syarifuddin S Ag ini sudah berusia 250 tahun lebih.
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Sriwijaya Post, Welly Hadinata
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Ayat-ayat suci Al Quran masih terlihat jelas. Bahkan ada sebagian ayat-ayat suci yang ditulis menggunakan tinta emas.
Begitu juga dengan bagian depan dan belakang Al Quran, sampul Al Quran dilapisi lempengan emas yang kadarnya 18 karat. Al Quran milik Ustadz Kms H Andi Syarifuddin S Ag ini sudah berusia 250 tahun lebih.
"Al Quran ini adalah warisan leluhur dan dibuat pada masa Kesultanan Palembang Darussalam pada abad ke 18 sekitar tahun 1.700-an. Saya sendiri adalah generasi ketujuh yang menjaga Al Quran ini," ujar Ustadz Kms H Andi Syarifuddin S Ag, ketika ditemui Sripoku.com di kediamannya Jalan Faqih Jalaludin Lorong Fahrudin Kelurahan 19 Ilir Kecamatan Bukit Kecil Palembang belakang Masjid Agung Palembang, Rabu (14/6/2017).
Meskipun usia Al Quran sudah 2,5 abad lebih, namun tulisan ayat-ayat suci Al Quran yang ditulis tangan oleh ulama pada masa Kesultanan Palembang Darussalam itu masih jelas untuk dibaca.
Dulunya Kota Palembang dikenal sebagai pusat pengkajian agama untuk kalangan ulama.
"Tulisan tinta emas dan sampul bagian depan dan belakang juga dilapisi emas 18 karat, membuktikan bahwa Palembang dulu memang sejahtera. Palembang Darussalam itu artinya negeri yang aman dan sejahtera," ujarnya.
Sebagai warisan leluhur dan pernah ditampilkan pada pameran di Jakarta dan NTB, Ustadz Andi yang juga sebagai Imam Tetap Masjid Agung Palembang ini mengakui bahwa Al Quran warisan leluhurnya ini pernah ditawar.
"Dulu ada kolektor asal Malaysia yang menawarnya. Tapi saya tolak, karena ini adalah bukti bahwa Kota Palembang itu dulunya sejahtera."
"Memang untuk koleksi milik kesultanan, sudah banyak diambil kolektor negara luar. Tapi Al Quran tinta emas ini adalah Al Quran milik ulama kepenghuluan pada masa Kesultanan Palembang Darussalam," ujarnya.
Untuk menjaga Al Quran bertinta emas ini agar tetap terjaga secara baik, diakui Ustadz Andi tidak begitu sulit. Cukup menggunakan cengkeh dan kapur barus, agar lembaran tidak dimakan rayap.
"Al Quran ini menunjukan hazanah kita sebagai warga Palembang. Palembang dulunya memiliki ulama yang intelek dalam ilmu keagamaan."
"Meskipun ditawar kolektor Malaysia dengan iming-iming pergi ibadah haji, tapi saya tetap menolak," ujar pria yang juga sebagai Sekretaris Yayasan Masjid Agung Palembang.
Sejak duduk dibangku kuliah pada tahun 1990, Ustadz Km H Syarifuddin S Ag memang menjadi pewaris ke tujuh Al Quran tinta emas dengan sampul berlapis kadar emas 18 karat.
Bukan hanya berlapis emas, tiap-tiap ayat ditulis goresan tangan dan sama sekali tidak menggunakan mesin cetak.
Lapisan emas di dalam Al Quran ada tiga bagian, yakni pada halaman depan surat Al-Fatiha halaman tengah, Surat Al-Kafi dan halaman terakhir Surat An-Nas.
"Kalau kertasnya dari Eropa dan kadar emasnya memang 18 karat. Semuanya sudah dilakukan tes. Saya sendiri ada 10 Al Quran warisan dan dua diantarnya bertinta emas."
"Saya sebagai pewaris, tetap untuk menjaga Al Quran sebagai bentuk menjaga kebudayaan Kesultanan Palembang Darussalam," ujarnya.(Welly Hadinata)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.