Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Masjid Luar Batang dan Catatan Sejarah Perkembangan Islam di Pesisir Utara Jakarta

"Kalau cikal bakal masjid, dulunya itu ada 12 tiang, dulunya dibilang surau. Kayak musala," kata Herman

Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Masjid Luar Batang dan Catatan Sejarah Perkembangan Islam di Pesisir Utara Jakarta
TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino
Masjid Luar Batang 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penyebaran agama Islam di Jakarta tentunya tak lepas dari peran masjid-masjid bersejarah yang sudah ada di Jakarta sejak abad ke-16.

Satu di antara masjid bersejarah di Jakarta yang sudah berdiri sejak abad ke-18 adalah Masjid Luar Batang, yang berada di Jalan Luar Batang V No.12, RT 06/RW 03, Penjaringan, Jakarta Utara.

Dulunya Merupakan Surau

Berdiri sejak tahun 1700-an, pada awalnya bangunan Masjid Luar Batang adalah surau milik Habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus, seorang ulama besar asal Yaman yang pada abad ke-18 menyebarkan ajaran agama Islam di sekitaran wilayah Betawi.

Surau yang dibangun Habib Husein berbentuk 12 tiang dan tiang-tiang tersebut menjadi cikal bakal Masjid Luar Batang.

Sekretaris Masjid Luar Batang Sulaiman Syah (47) atau yang lebih akrab disapa Herman menjelaskan, surau tersebut mulai dibangun menjadi masjid sejak tahun 1950.

"Kalau cikal bakal masjid, dulunya itu ada 12 tiang, dulunya dibilang surau. Kayak musala," kata Herman saat ditemui TribunJakarta.com, Rabu (16/5/2018).

BERITA TERKAIT

Jika anda masuk dari Jalan Gedong Panjang, di sebelah kiri jalan anda akan melihat gapura masuk menuju komplek Masjid Luar Batang.

Gapura tersebut menjadi penanda awal pembangunan besar-besaran Masjid Luar Batang sejak tahun 1950.

"Nah gapura itu dibangun oleh Pangeran Surakarta dulu dijabat oleh Sultan Hamengkubuwono ke IX. Itu tahun 1950. Perkembangannya di tahun 1920 itu dibangun gapura pertama. Itu gapura yang tadi masuk dari depan itu. Cuman itu sudah ada perubahan di tahun 1950 bertepatan dengan pembangunan masjid," sambung Herman.

Menurut Herman, Habib Husein mendapatkan tanah untuk membangun suraunya dari pemerintah Hindia-Belanda yang menjajah Indonesia pada waktu itu.

"Kalau masjid awal beliau mendapatkan tanah dari Gubernur Jenderal Williams," jelas Herman.

Makam Habib Husein dan Abdul Kadir

Habib Husein sendiri wafat pada tanggal 24 Juni 1756. Dirinya dimakamkan di dalam masjid yang hingga sekarang ini masih rutin dikunjungi peziarah.

"Kalau awal masjid ini kan dibangun oleh almarhum Habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus yang makamnya ada di dalam. Beliau wafat pada tahun 1756," kata Herman.

Pantauan TribunJakarta.com, di masjid ini terdapat dua buah makam yang dibalut kain berwarna hijau tempat para peziarah melakukan ritual mereka.

Satu makam yang lebih besar adalah makam Habib Husein, dan satu makam lagi milik muridnya Abdul Kadir.

Dikatakan Herman, Abdul Kadir merupakan seorang Tionghoa bernama asli Ne Bok Seng yang sempat diselamatkan Habib Husein dari tragedi pembantaian etnis Tionghoa pada abad ke-18 di sekitar wilayah Luar Batang.

Karena diselamatkan dari pembantaian, Ne Bok Seng akhirnya memutuskan untuk mengikut Habib Husein menjadi seorang Muslim dan merubah namanya menjadi Abdul Kadir.

"Karena beliau selamat maka masuklah beliau menjadi agama Islam. Nah ketika masuk menjadi agama Islam beliau berubaha nama menjadi Abdul Kadir Jailani," ujar Herman.

Penulis: Gerald Leonardo Agustino

Berita  ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul: Sekilas Kisah Masjid Luar Batang, Jejak Sejarah di Pesisir Utara Jakarta

Sumber: TribunJakarta
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas