Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Mutiara Ramadan: Pilihan Beragama

Terdapat dua kredo utama dalam beragama. Yaitu percaya akan adanya Tuhan dan percaya terhadap keabadian hidup setelah mati.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Mutiara Ramadan: Pilihan Beragama
ummi-online.com
Ilustrasi Salat 

Prof Dr Komaruddin Hidayat
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah

MENGAPA beragama? Jawaban yang muncul akan berbeda-beda, berkaitan dengan siapa yang ditanya.

Bagi sebagian masyarakat Barat atau China yang tidak beragama, justru malah aneh, mengapa mesti beragama.

Tetapi bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, akan heran kalau orang tidak beragama.

Kalau seseorang beragama, masih juga muncul pertanyaan selanjutnya, agama apa yang dianut?

Mengapa tidak ganti-ganti agama agar lebih banyak pengetahuan dan pengalamannya?

Terdapat dua kredo utama dalam beragama. Yaitu percaya akan adanya Tuhan dan percaya terhadap keabadian hidup setelah mati.

Berita Rekomendasi

Dua kredo ini merupakan dimensi pokok dalam setiap agama.

Di antara keduanya muncul konsep dan kepercayaan terhadap pembawa atau pendiri agama yang diyakini menerima mukjizat ataupun wahyu dari Tuhan untuk meyakinkan umatnya.

Wahyu ajaran Tuhan itu lalu dihimpun menjadi kitab suci, yang di dalamnya terdapat perintah dan panduan berbuat kebajikan, baik berupa ritual keagamaan maupun perilaku sosial horizontal.

Inti agama adalah kepercayaan pada Tuhan, namun mempunyai implikasi dalam berbagai kehidupan sehari-hari, sehingga muncul etika dan pranata sosial.

Dari sekian agama yang ada, ajaran Islam yang paling detail memberikan panduan prilaku dan pranata sosial.

Baca: 4 Tahun Menjalin Cinta Terlarang, Rosalia Dibunuh Pendeta Henderson karena Sudah Punya Pacar

Bahkan sejak masuk dan keluar toilet saja ada formula doanya.

Soal pembagian harta warisan, misalnya, Alquran juga memuat formula sangat detail.

Mungkin ini sebagai antisipasi kalau sudah menyangkut harta, manusia maunya mendapatkan lebih, enggan dikurangi.

Namun begitu Alquran mengajarkan kasih sayang dan persaudaraan sesama keluarga sehingga dimungkinkan terjadi hibah dan hadiah secara suka rela jika dipandang ada anggota keluarga yang lebih memerlukan.

Artinya, pelaksanaan pembagian harta warisan itu luas dan luwes.

Islam bermakna berserah diri pada Allah secara sukarela dan damai.

Sikap berserah diri pada Tuhan dan pada kebenaran ajaran yang diyakininya mengasumsikan adanya kebebasan atau kemerdekaan, bebas dari paksaan.

Tak ada paksaan dalam memeluk agama. Oleh karena itu seseorang dikatakan muslim jika dalam memilih dan melaksanakan ajaran yang diyakininya secara suka rela, bebas dari tekanan, ancaman dan paksaan.

Bahwa pilihan beragama itu sangat dipengaruhi lingkungan, itu sudah pasti.

Tetapi pada akhirnya keberagamaan seseorang mestilah hasil pilihan sadar dan merdeka.

Karena keberislaman merupakan hak dan pilihan individu, maka Alquran mengingatkan pada Nabi Muhammad hanya sebagai Rasul yang bertugas menyampaikan ajaran Tuhan, tetapi tidak memiliki hak memaksa seseorang untuk beriman.

Punya Kemerdekaan
Bagimu agamamu, bagiku agamaku, begitu bunyi teks Alquran.

Tugas Rasul adalah menyampaikan amanat Tuhan dan memberi ketauladan pribadi mulia, namun iman dan amal seseorang semuanya menjadi urusan Tuhan yang akan menilainya.

Sedemikian tingginya Tuhan menghargai kemerdekaan manusia yang merupakan puncak kreasi-Nya, sehingga Tuhan membiarkan manusia tumbuh dan menentukan jalan hidupnya tanpa banyak intervensi sepanjang jatah umurnya.

Manusia diberi umur dan kesempatan untuk memilih jalan hidupnya, namun di akhirat nanti Tuhan akan membuat perhitungan atas anugerah kemerdekaan yang telah diberikan.

Bahkan untuk memilih jalan kematian pun Tuhan masih memberi pilihan, jalan apakah yang akan diambilnya.

Ini semua menunjukkan betapa manusia diberi anugerah kemerdekaan untuk mengisi dan memaknai jalan hidupnya berdasarkan pilihan bebasnya.

Mengingat kemerdekaan itu merupakan kekayaan tertinggi manusia, maka semua bentuk paksaan, penindasan dan imperialisme mesti memperoleh perlawanan sengit sepanjang sejarah manusia.

Segala bentuk paksaan berlawanan dengan disain Tuhan dan martabat manusia.

Banyak orang rela mati demi membela kemerdekaan hidupnya, termasuk kemerdekaan menentukan keyakinan agamanya seperti yang dicontohkan Bilal sahabat Nabi.

Jika dicermati, ajaran Islam sangat tegas membela pelaksanaan hukum untuk menegakkan tertib sosial dan menjaga keamanan serta hak individu.

Namun dalam hal keimanan dan hubungan langsung dengan Tuhan, kewenangan, campur tangan manusia sangat dibatasi.

Contoh paling nyata adalah perintah puasa, salat, dan haji, hampir-hampir semuanya bersifat individual, pelaksanaannya bisa saja tanpa sepengetahuan dan campur tangan manusia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas