Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Puasa dan Daya Tahan Emosi

Menjadi orang yang tahan terhadap dorongan emosi, membuat kita semakin matang dalam menghadapi situasi buruk.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Puasa dan Daya Tahan Emosi
Ilustrasi 

KH Cholil Nafis Lc MA PhD
Ketua Komisi Dakwah MUI

ALKISAH, pada bulan Ramadan, ada dua orang mitra bisnis yang sedang bertikai sengit di sebuah perkantoran karena masalah bisnis mereka sedang down.

Masing-masing menyampaikan argumen keras, sehingga tidak ada titik temu untuk mencari jalan keluar.

Lalu tiba-tiba seorang dari mereka menyalahkan dan mengeluarkan kata-kata dan tuduhan yang tidak pantas.

Sementara kawannya mencoba menahan diri, meski rasa sakit hati memuncak.

Dalam batinnya bergejolak kuat karena merasa diperlakukan tidak adil oleh mitranya.

Dia sudah mencoba bekerja secara profesional, namun rupanya mitranya menuduh secara sepihak.

Berita Rekomendasi

Karena dia sadar sedang berpuasa, lalu ia berkata, "Maaf teman, tuduhan kamu itu tidak benar. Saya cukup mengatakan ini dan tidak mau melayani amarahmu karena saya sedang berpuasa."

Sikap orang yang dituduh tersebut sungguh sangat mulia.

Ia sebenarnya sangat marah karena dituduh oleh mitranya tanpa bukti yang relevan dan kuat.

Namun, sikap dan responnya menunjukkan sebagai pribadi yang matang.

Baca: 6 Tips Mengatasi Bibir Kering saat Berpuasa, Jangan Basahi dengan Air Liur!

Ia tidak merespon emosi balik, tetapi ia menunjukkan akhlaknya sebagai seorang yang berpuasa.

Sikap tersebut sejalan dengan spirit sebuah Hadits Qudsi yang ditakhrij oleh Imam Bukhari, yaitu: Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda: "Puasa itu benteng, maka janganlah berkata keji dan jangan berbuat bodoh. Jika seseorang menentang atau memakinya, maka hendaklah ia berkata: "Sesungguhnya aku sedang berpuasa." --dua kali.

Contoh kasus di atas juga memiliki makna yang sama dengan sebuah Hadits lain yang cukup populer: "Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta, selalu mengerjakannya dan tidak meninggalkan kebodohan, maka Allah tidak akan memberikan pahala atas puasanya." (HR al-Bukhari).

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas