Inilah Penjelasan dalam Hadis Soal Bermalas-malasan Saat Berpuasa karena Lapar
Inilah Penjelasan dalam Hadis Soal Bermalas-malasan Saat Berpuasa karena Lapar
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Sri Juliati
إنّي لا أحلّ لي أن أضيع ساعة من عمري حتّى إذا تعطّل لساني عن مذاكرة ومناظرة وبصري عن مطالعة أعملت فكري في حال راحتي وأنا منطرح، فلا أنهض إلا وقد خطر لي ما أسطره، وإني لأجد من حرصي على العلم وأنا في عشر الثمانين أشدّ مما كنت في أجده وأنا ابن عشرين سنة
“Sesungguhnya aku mengharamkan diriku untuk menyia-nyiakan satu waktu dari umurku, hingga apabila lisanku tidak difungsikan untuk diskusi, dan pandanganku untuk menelaah, aku pun menggunakan akalku ketika istirahat sedangkan aku sedang berbaring, maka tidaklah aku bangkit melainkan sesuatu yang telah aku rencanakan akan muncul dalam pikiran. Dan sesungguhnya aku mendapati diriku lebih rakus terhadap ilmu ketika usiaku 80 tahun dibanding ketika 20 tahun.” (Imam al-Hârits al-Muhâsibi, Risâlah al-Mustarsyidîn, Dar el-Salâm, halaman 144)
Melihat cara Syekh Abu al-Wafa memanfaatkan waktunya, kita dapat melihat beliau hampir tidak sama sekali menyia-nyiakan waktunya. Ada saja hal produktif yang dikerjakannya. Tidak ada alasan untuk bermalas-malasan, apalagi puasa. Syekh Abu al-Wafa pernah menuturkan:
وأنا أقصر بغاية جهدي أوقات أكلي حتّى أختار سفّ الكعك وتحسّيه بالماء على الحبز
Aku sangat berusaha mempersempit waktu makanku, hingga aku memilih kue dan membasahinya dengan air dan roti. . (Imam al-Hârits al-Muhâsibi, Risâlah al-Mustarsyidîn, Dar el-Salâm, halaman 144).
Jika diperhatikan, jenis makanan yang dipilih Syekh Abu al-Wafa tidaklah mewah, bahkan sepertinya tidak mengenyangkan, namun hal tersebut beliau pilih supaya tidak menyurutkan semangat belajar dan juga untuk membuat waktu-waktunya menjadi produktif, tidak dihabiskan dengan makan saja.
Di akhir artikel dari NU Online , dituiskan bahwa bagi yang menjalani puasa tidak untuk sia-siakan waktu di bulan Ramadhan.
Pasalnya, akan ada amalan yang dilipatgandakan pahalanya.
(Tribunnews.com/Chrysnha)