Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Beragam Waktu Puasa di Dunia, Manakah yang Paling Lama dan Durasi Terpendek?

Bumi ini sangat luas, mulai dari ujung utara hingga ke selatan, karena perbedaan sudut munculnya cahaya matahari, maka waktu berpuasa pun beragam.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Beragam Waktu Puasa di Dunia, Manakah yang Paling Lama dan Durasi Terpendek?
shafaqna
Para wanita Muslim di Rusia. 

TRIBUNNEWS.COM - Waktu berpuasa di sejumlah negara berbeda. Mengapa?

Bumi ini sangat luas, mulai dari ujung utara hingga ke selatan, karena perbedaan sudut munculnya cahaya matahari, maka waktu berpuasa pun menjadi beragam.

Muslim di Indonesia misalnya, Ramadan tahun 2019 menjalani puasa dengan durasi yang tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, yakni sekitar 13 jam dari semenjak fajar hingga iftar.

Waktu berpuasa 13 jam masih terhitung cukup moderat dan tidak terlalu memberatkan bagi sebagian besar orang.

Namun, pernahkah Anda membayangkan bagaimana waktu berpuasa di negara-negara lain?

Yuk simak tulisan Gana Islamika berikut ini:

Rekor terlama waktu puasa untuk tahun ini diraih oleh Rusia, tepatnya di kota Murmansk.

Baca: Meniru Cara Nabi Merawat Gigi, Rajin Bersiwak, Khasiatnya Ampuh untuk Kesehatan Mulut

Berita Rekomendasi

Kota ini berada di dekat Kutub Utara, biasa disebut dengan Lingkar Arktik, sehingga perputaran matahari pun berlangsung lebih lama.

Di Murmansk, jumlah orang yang memeluk Islam hanya sedikit.

Berdasarkan sensus Sreda Arena Atlas tahun 2012, Muslim di sana hanya 1 % dari total populasi penduduk, atau sekitar 7.000 orang saja.

Sementara itu, rekor waktu puasa terpendek dipegang oleh Punta Arena, Chile, yakni selama 11 jam 14 menit.

Di Antartika lebih pendek lagi, yakni 11 jam 12 menit, hanya saja di sana tidak ada peradaban yang menetap.

Baca: Pertama Kali Jalani Ramadan Sebagai Istri dan Ibu, Mytha Lestari Minta Pekerjaannya Puasa

Orang-orang yang berada di Antartika biasanya datang ke sana untuk kepentingan lain, yakni untuk penelitian atau ekspedisi.

Dalam buku Pucuk Es di Ujung Dunia: Pendakian 7 Puncak Benua, sebuah buku yang menceritakan tentang ekspedisi pendakian ke tujuh puncak tertinggi di dunia, para mahasiswa yang melakukan pendakian berkisah, untuk masuk ke Antartika, semua barang yang mereka bawa harus steril dari debu.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas