Mutiara Ramadan: Dimensi Spiritual Manusia
Sebagai makhluk yang diciptakan sesuai citra Tuhan dan mendapatkan percikan Ruh-Nya, logis manusia memiliki unsur-unsur Ilahi.
Editor: Dewi Agustina
Prof Dr Komaruddin Hidayat
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah
DALAM idiom keagamaan terdapat kata khaliq dan makhluk. Khaliq adalah pencipta, sedang makhluk adalah yang diciptakan.
Dalam pengertiannya yang mutlak, istilah khaliq hanya mengacu pada Tuhan, sementara makhluk mengacu kepada semua realitas selain diri-Nya.
Di antara sekian banyak ciptaan itu, adalah manusia yang paling tinggi dan prima kedudukannya.
Dalam Alquran bahkan disebutkan secara tegas bahwa manusia merupakan makhluk yang mendapatkan percikan Ruh-Nya.
Dalam riwayat Hadist juga disebutkan manusia diciptakan sesuai dengan citra Tuhan.
"Innallaha Khalqa adam ala Shuratihi (Sungguh, Allah menciptakan manusia sesuai dengan citra-Nya)."
Fakta empiris juga menunjukkan manusia adalah makhluk paling unik yang tak pernah selesai difahami dan didefinisikan.
Definisi manusia yang dihasilkan ilmu politik, akan jauh berbeda dengan definisi ilmu ekonomi.
Definisi Manusia dari ilmu sosial jauh berbeda dengan definisi ilmu agama, sehingga sampai sekarang pun manusia masih belum bisa memotret dirinya secara utuh dan menyeluruh.
Man the unknown, manusia makhluk yang tetap mengandung misteri yang tak terpahami.
Pertanyaannya, mengapa manusia bisa demikian istimewa sehingga sulit diberi definisi yang memuaskan semua pihak?
Karena manusia memiliki unsur-unsur Ilahi dalam dirinya.
Manusia bagaikan bayang-bayang Tuhan yang menyejarah; yang hidup dalam ruang dan waktu.