Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Tidur Seharian Saat Berpuasa, Apakah Bisa Disebut Ibadah? Berikut Penjelasannya

Simak penjelasan mengenai tidur seharian saat puasa, apakah bisa disebut ibadah? Berikut penjelasannya.

Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Daryono
zoom-in Tidur Seharian Saat Berpuasa, Apakah Bisa Disebut Ibadah? Berikut Penjelasannya
menshealth.com
ILUSTRASI tidur. 

Simak penjelasan mengenai tidur seharian saat puasa, apakah bisa disebut ibadah? Berikut penjelasannya.

TRIBUNNEWS.COM - Menjalankan ibadah puasa membuat orang untuk mudah lelah dan lemas dalam melakukan aktivitas.

Hal itu membuat banyak orang memilih tidur untuk menghabiskan waktunya.

Ada yang beranggapan bahwa tidur adalah ibadah saat bulan Ramadhan.

Namun, bagaimana jika seseorang tidur seharian? Apakah masih tetap disebut ibadah?

Baca: Mencium atau Memeluk Pasangan saat Berpuasa, Bagaimana Hukumnya? Simak Penjelasannya!

Baca: Marah atau Emosi Saat Berpuasa, Batalkah Puasanya? Berikut Penjelasannya!

Syamsul Bakri, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama IAIN Surakarta, menuturkan hadits tentang tidur saat berpuasa.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa s bersabda,

BERITA REKOMENDASI

نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ ، وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ ، وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ
“Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah. Diamnya adalah tasbih. Do’anya adalah do’a yang mustajab. Pahala amalannya pun akan dilipatgandakan.”

(Perowi hadits ini adalah ‘Abdullah bin Aufi. Hadits ini dibawakan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman 3/1437)

Menurut Syamsul, hadits tersebut dapat dimaknai dua hal.

"Pertama, tidurnya orang berpuasa adalah ibadah, supaya orang tersebut tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa atau membuat puasa menjadi tidak berkualitas," ujar Syamsul.

Oleh karena itu, dalam konteks tersebut, tidur menjadi ibadah.


Kedua, meskipun begitu, hadits ini bukan berarti menyuruh orang agar terus tidur seharian saat berpuasa.

"Lebih baik orang itu bekerja, tetapi tanpa harus melakukan sesuatu yang membuat puasa batal. Masalahnya bukan soal puasa itu batal atau tidak, tetapi bagaimana puasa dapat berkualitas," sambung Syamsul.

Oleh karena itu, menurut Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama IAIN Surakarta ini, lebih baik tidur daripada berbicara banyak tentang sesuatu yang tidak bermanfaat.

Selain itu, lebih baik seseorang tidur daripada memikirkan sesuatu yang tidak baik, atau melihat sesuatu yang dilarang agama.

Meskipun itu tidak membatalkan puasa, tetapi hal tersebut mengurangi kualitas ibadah puasa.

"Tidur sebenarnya adalah sebagai pengendali hawa nafsu ketika seseorang terjaga. Maka dari itu, dia dianjurkan untuk tidur," kata Syamsul.

Sementara itu, dikutip dari Rumaysho.com, setiap amalan yang statusnya mubah (seperti makan, tidur dan berhubungan suami istri) bisa mendapatkan pahala dan bernilai ibadah apabila diniatkan untuk melakukan ibadah.

Sebagaimana An Nawawi dalam Syarh Muslim (6/16) mengatakan,

أَنَّ الْمُبَاح إِذَا قَصَدَ بِهِ وَجْه اللَّه تَعَالَى صَارَ طَاعَة ، وَيُثَاب عَلَيْهِ

“Sesungguhnya perbuatan mubah, jika dimaksudkan dengannya untuk mengharapkan wajah Allah Ta’ala, maka dia akan berubah menjadi suatu ketaatan dan akan mendapatkan balasan (ganjaran).”

Jadi, tidur yang bernilai ibadah jika tidurnya adalah demikian.

Ibnu Rajab pun menerangkan hal yang sama,

“Jika makan dan minum diniatkan untuk menguatkan badan agar kuat ketika melaksanakan shalat dan berpuasa, maka seperti inilah yang akan bernilai pahala. Sebagaimana pula apabila seseorang berniat dengan tidurnya di malam dan siang harinya agar kuat dalam beramal, maka tidur seperti ini bernilai ibadah.”

(Latho-if Al Ma’arif, 279-280)

(Tribunnews.com/Citra Anastasia)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas