Mutiara Ramadan: Sikap Rendah Hati Menjauhkan Kebiasaan Unjuk Diri
Dalam waktu sama sikap rendah hati itu menjauhkan kebiasaan unjuk diri atau menyombongkan diri di hadapan orang lain.
Editor: Dewi Agustina
Dr Mutohharun Jinan
Direktur Ponpes Shabran UMS Solo
ALQURAN mengingatkan pentingnya sikap rendah hati dalam berinteraksi antarsesama manusia atau dalam hidup bermasyarakat.
Rendah hati adalah sikap yang mengedepankan kelembutan, toleransi dan kesetaraan.
Dalam waktu sama sikap rendah hati itu menjauhkan kebiasaan unjuk diri atau menyombongkan diri di hadapan orang lain.
Dalam Kitab Suci (QS Al-Furqan/25: 63) disebutkan bahwa di antara tanda-tanda hamba Allah Yang Maha Kasih adalah mereka yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati (haunan).
Masih ada sifat-sifat lain yang disebutkan sebagai hamba yang dikasihi.
Dalam rangkaian ayat-ayat tersebut, sikap rendah hati ditempatkan pada urutan pertama di antara sifat-sifat yang lain.
Ayat tersebut dapat dimaknai secara bertingkat, mulai dari pemaknaan secara literal hingga kontekstual.
Secara literal, berjalan dengan rendah hati adalah berjalan kaki secara sopan dan santun.
Antara lain ditunjukkan dengan kemauan untuk bertegur sapa terhadap orang-orang yang dikenalnya.
Sementara dalam konteks saat ini orang berjalan tidak saja berjalan kaki, tetapi lebih dari itu berjalan di jalan raya menggunakan kendaraan.
Maka kerendahan hati pengendara ditunjukkan dengan cara mengikuti tata aturan dan rambu-rambu lalu lintas.
Tidak ada yang melanggar peraturan lalu lintas kecuali orang-orang angkuh dan ingin menang sendiri sehingga berkendara secara ceroboh dan mengabaikan pengguna jalan lain.
Keangkuhan dalam perjalanan jelas mengakibatkan kerusakan atau kecelakaan lalu lintas.
Kecelakaan sering kali terjadi karena kecerobohan dalam berkendara.
Sudah barang tentu sikap rendah hati pada ayat tersebut dapat dipahami dalam pengertian dan konteks lebih luas, yakni keseluruhan aktivitas dan interaksi dalam kehidupan.
Pada dasarnya rendah hati merupakan sikap sangat penting bagi setiap orang.
Sifat ini menjadi parameter tingkat kematangan dan kedewasaan seseorang.
Rasanya seseorang akan sulit memperoleh ketenangan hidup sebelum menguasai diri dan punya sifat rendah hati.
Kecenderungan orang pada umumnya ingin menunjukkan capaian-capaian dirinya di hadapan orang lain.
Baik capaian kelebihan atas kepemilikan materi, bakat atau kemampuan, kekuasaan dan keimanan.
Perasaan memiliki kelebihan itulah yang berpotensi mendorong berlaku takabur dan merendahkan pihak lain. Sikap sombong dapat menjadi tiranik apabila memiliki kekuasaan.
Sikap sombong yang mengendap pada mereka yang tidak memiliki kekuasaan, biasanya akan terwujud dalam bentuk pelanggaran terhadap aturan-aturan sosial.
Dengan kata lain, sikap sombong dapat mengarah pada prilaku-prilaku asosial.
Seperti Pelumas
Orang yang rendah hati akan berusaha memperbaiki diri karena merasa masih banyak kekurangan. Masih merasa banyak kelemahan dalam memberikan peran kepada lingkungan.
Sikap demikian akan mendorong berusaha secara sungguh-sungguh untuk menyempurnakan.
Misalnya, seorang pemimpin yang memiliki kekuasaan atau pengaruh di masyarakat, akan berusaha mencari tahu aspek apa yang perlu ditingkatkan pembangunannya.
Tidak melulu menonjolkan keberhasilan secara berlebihan. Keberhasilan diperlihatkan hanya untuk memberikan semangat agar berusaha lebih keras lagi.
Disamping itu, kerendahan hati sangat penting dalam hubungan antarsesama dan tata pergaulan sehari-hari.
Dari sikap ini akan muncul sifat-sifat dan prilaku mulia lain seperti menghormati, kesetaraan, respek, dan bekerja sama.
Ibarat mesin yang memerlukan cairan pelumas, sifat-sifat ini merupakan pelumas bagi keberlangsungan dan terpeliharanya hubungan sosial.
Dalam sitausi saat ini, ketika masyarakat masih terbelah lantaran luapan aspirasi politik yang berbeda sangat dibutuhkan sikap dan prilaku yang berfungsi merekatkan kembali.
Sikap dan prilaku demikian dapat ditumbuhkan melalui ibadah puasa karena hakikat puasa adalah pengendalian diri.
Rendah hati mendorong seseorang mau mendengar bukan hanya memerintah, berempati bukan hanya peduli pada orang lain.
Lebih dari itu kerendahan hati memberi kesempatan untuk saling berbagi peran berdasar kemampuan masing-masing demi terajutnya kesatuan kebangsaan.
Sikap ini terasa semakin relevan untuk dikedepankan di tengah situasi masyarakat yang belum cair setelah berkompitisi dalam Pemilu 2019.