Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Mutiara Ramadan: Menebar Damai

Dalam kitab suci disebutkan, satu di antara tanda hamba Allah yang Maha Kasih adalah senantiasa menyebar salam (kedamaian).

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Mutiara Ramadan: Menebar Damai
ummi-online.com
Ilustrasi Salat Witir 

Dr Mutohharun Jinan MAg
Dosen Pascasarjana UMS Solo

HIDUP dalam suasana damai merupakan dambaan semua makhluk sepanjang zaman. Manusia merindukan dan memperjuangkan kedamaian agar hidup dalam kebahagiaan.

Begitu juga hewan, membutuhkan kedamaian untuk kelangsungan hidup dalam habitatnya.

Berbagai aktivitas manusia dilakukan demi mendapatkan hidup dalam suasana yang damai dan aman.

Ada yang bekerja keras untuk memperoleh kedamaian secara pribadi dan untuk mendapatkan kedamaian dalam dirinya sendiri.

Ada juga berjuang untuk kedamaian bersama dalam tata hidup bermasyarakat.

Bahkan, tidak sedikit orang yang sukarela mengorbankan dan mengabdikan hidupnya menyebarkan perdamaian antarsesama manusia.

Berita Rekomendasi

Dalam perjuangan untuk perdamaian seringkali mendapat tentangan.

Ada orang yang dipengaruhi oleh nafsu jahatnya terjerumus dalam prilaku yang bertolak belakang dengan spirit perdamaian.

Santri Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah membaca AlQuran ketika melaksanakan tadarus massal pada Ramadan 1439 H, di Medan, Sumatera Utara, Senin (21/5/2018). Kegiatan yang diikuti sedikitnya 2.500 santri tersebut, merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan pada bulan Ramadan.TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI
Santri Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah membaca AlQuran ketika melaksanakan tadarus massal pada Ramadan 1439 H, di Medan, Sumatera Utara, Senin (21/5/2018). Kegiatan yang diikuti sedikitnya 2.500 santri tersebut, merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan pada bulan Ramadan.TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI (TRIBUN MEDAN/Riski Cahyadi)

Dalam kitab suci disebutkan, satu di antara tanda hamba Allah yang Maha Kasih adalah senantiasa menyebar salam (kedamaian).

Disebutkan, "Apabila disapa (diejek) orang jahil mereka mengatakan 'salam'." (QS. Al-Furqan/25: 64).

Dalam ayat ini dirangkai dua sikap yang berbeda yaitu jahil (bodoh) dan salam (damai).

Jahil secara literal berarti bodoh atau tidak tahu.

Dalam ayat tersebut kata jahil mengisyaratkan adanya prilaku mengganggu yang dapat merusak hubungan sosial.

Hamba Allah yang dikasihi merespons prilaku jahil seperti cacian, makian, ejekan secara santun, dan tidak terprovokasi.

Dalam pergaulan sosial memang selalu ada pihak yang sengaja atau tidak sengaja berperan sebagai pecundang.

Ilustrasi salat berjamaah.
Ilustrasi salat berjamaah. (IST)

Namanya pecundang, prilakunya mengarah pada kekacauan di masyarakat.

Prilakunya cenderung menimbulkan kerusakan bukan perbaikan, cenderung destruktif bukan produktif.

Sementara salam (damai) adalah ajaran yang dianjurkan dalam Islam agar ditegakkan dalam kondisi apapun.

Sesuai namanya, Islam seakar dengan kata salam, yakni berarti damai dan kesejahteraan.

Karena itu orang Islam dianjurkan untuk menebar salam di manapun kepada setiap orang.

Dari pengertian ini dapat dipahami di antara yang diserukan Islam adalah perdamaian antara umat manusia.

Inilah basis utama bagi kaum muslim untuk memperjuangkan tegaknya perdamaian dalam berkehidupan.

Media Zikir

Dasar-dasar perintah menebarkan perdamaian dalam Islam juga dapat dilacak dalam prilaku kehidupan Nabi Muhammad SAW.

Ilustrasi Puasa
Ilustrasi Puasa (ISTIMEWA)

Ada banyak kisah dan teladan dari beliau tentang keharusan kaum muslim mengutamakan hidup dalam perdamaian.

Anjuran menebar salam tidak hanya ditujukan kepada orang dikenal tetapi juga orang yang tidak dikenal.

Ketika Rasulullah Muhammad ditanya bagaimana keislaman yang baik, beliau menjawab, "Memberi pangan dan mengucapkan salam kepada yang engkau kenal dan yang belum engkau kenal." (HR Muslim)

Pada bulan Ramadan kaum muslim menjalan ibadah puasa yang hakikatnya adalah pengendalian diri. Termasuk pengendalian diri dari marah, berkelahi, berkata kotor dan lain-lain.

Nabi memerintahkan, "Jika orang mengajakmu berkelahi sedang kamu berpuasa, maka katakan aku sedang berpuasa." (HR. Muslim).

Karena sedang berpuasa menahan diri untuk terlibat dalam kegaduhan, keributan, apalagi perkelahian.

Nafsu yang tidak dikendalikan akan menjadikan hidup selalu gelisah dan arah yang tidak menentu, serta menjauhkan dari ketenangan atau kedamaian.

Untuk menemukan kedamaian diri, Allah memberikan jalan melalui media zikir.

Zikir adalah memasang radar kesadaran jiwa agar selalu tersambung dengan pusat segala sumber kedamaian yakni Allah.

"Orang-orang yang beriman akan menjadi damai berzikir mengingat Allah. Ketahuilhn hanya dengan mengingat Allah hati menjadi damai." (QS Ar-Ra'du/13: 28).

Orang yang sudah mampu menemukan kedamaian dalam dirinya akan mudah menebar kedamaian bersama orang lain.

Sulit dibayangkan bagaimana orang akan hidup damai bersama orang jika dirinya masih diliputi perasaan tidak menentu.

Terlebih jika masih diliputi rasa dengki dan dendam atas ketidakpuasan terhadap suatu keputusan.

Kemuliaan dan keindahan ajaran Islam, satu di antaranya tampak dalam ajaran agar kaum muslim menyebarkan salam atau menyebarkan keselamatan.

Setiap hari kaum muslim mengucapkan kalimat salam yang mengadung doa untuk diri dan orang mendapatkan kedamaian, rahmat, dan barakah Allah.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas