Mutiara Ramadan: Sujud dan Berdiri
Menghidupkan malam dengan salat tahajud, sangat dianjurkan setelah pada siang hari kaum muslim wajib menjalankan ibadah puasa.
Editor: Dewi Agustina
Kemuliaan bagi orang yang salat secara ikhlas dan khusuk di dunia adalah ketenangan hati.
Salat yang berisi doa-doa itu pada dasarnya untuk mengingat Allah dan hanya melalui mengingat Allah hati menjadi tenang.
Allah sumber dan yang membawa ketenangan hati manusia, karena itu manusia diperintah supaya mendirikan salat untuk mengingat Dia.
Intensitas kebermaknaan ibadah salat akan lebih terasa jika pelaku menyadari ibadah itu sebagai kebutuhan, bukan kewajiban semata.
Secara psikologis aktivitas yang didorong oleh kebutuhan akan memberi penekanan pada isi dan substansi.
Menempatkan salat sebagai kewajiban saja akan menekankan pada aspek formalitas salatnya.
Isyarat Kedekatan
Salat di waktu malam yang sunyi merupakan aktivitas perjumpaan jiwa raga kepada Allah.
Kedalaman makna perjumpaan itu tergantung pada kesungguhan mengharap kasih Allah.
Karena dalam agama diajarkan Allah menguasai alam raya dan menguasai kehidupan manusia, baik kehidupan lahir maupun batin.
Bagi kaum muslim malam hari merupakan waktu untuk melakukan pengaduan atas prestasi dosa yang telah dilakukan.
Ada sebagian hamba-hamba-Nya yang sedikit sekali tidur di waktu malam dan di waktu sahur, mereka memohon ampun kepada Allah (QS Al-Dzariyat: 17-18).
Inilah yang sesungguhnya hakekat qiyamullail, ibadah yang dijaminkan Allah membawa kemuliaan martabat manusia.
Seorang muslim dalam salatnya menghimpun segala bentuk dan cara pengakuan, penghormatan, serta pengagungan yang dikenal umat manusia.
Dalam salat ada isyarat penghormatan menggunakan tangan, berdiri tegak, menunduk, rukuk, sujud, puji-puji, doa, dan pengharapan.