Mutiara Ramadan: Menatap Masa Depan
Islam mendorong agar manusia mengedepankan sikap-sikap optimis dan produktif untuk kehidupan masa depan.
Editor: Dewi Agustina
Dr Mutohharun Jinan MAg
Dosen Pascasarjana UMS Solo
ALQURAN sangat tandas mengingatkan agar manusia menjauhi sikap-sikap yang dapat menjerumuskan pada kebangkrutan individual, seperti putus harapan, berwawasan miopis, dan mementingkan diri sendiri.
"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman." (QS Ali Imron/3: 139).
Sebaliknya, tidak terhitung pesan moral agama agar manusia memandang kehidupan ini penuh harapan di hari esok, mencerahkan, hidup penuh dengan pilihan, dan membangun kemaslahatan kolektif.
Islam mendorong agar manusia mengedepankan sikap-sikap optimis dan produktif untuk kehidupan masa depan.
Mengapa Alquran melarang sikap-sikap bernuansa pesimistik yang menunjukkan kelemahan mendasar manusia itu?
Sedikitnya ada dua jawaban atas pertanyaan ini.
Jawaban berikut amat mudah dirujukkan pada Alquran.
Pertama, sikap-sikap tersebut bertentangan dengan fitrah dasar sebagai ciptaan Allah yang secara spiritual sangat mulia, secara moral sangat merdeka, dan secara fisik sempurna.
Allah menciptakan manusia tidak secara sia-sia, ia dilengkapi dengan perangkat yang lengkap untuk menjaga dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik dan batiniahnya.
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." (QS An-Nahl/16: 78).
Kedua, semua sikap yang mengarah pada keputusasaan dan kelemahan merupakan bentuk kedhaliman atas diri manusia dan menjatuhkan martabat kemanusiaannya karena sikap itu merupakan representasi dari keingkaran dan memperturutkan nafsu setan.
"..dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang ingkar." (QS Yusuf/12: 87).
Sementara kesempitan pikiran disinyalir sebagai rekayasa setan yang menakut-nakuti agar manusia berlaku kikir, tidak peduli orang lain.
"Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu menggunakan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah maha luas (karunia-Nya) lagi maha mengetahui." (QS Al-Baqarah/2: 268).