Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Mutiara Ramadan: Hakikat Perbuatan

Hakikat perbuatan dalam Islam tidak semata-mata dilihat dari bentuk dan tujuan menurut ukuran penilaian manusia.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Mutiara Ramadan: Hakikat Perbuatan
TRIBUN MEDAN/Riski Cahyadi
Santri Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah membaca AlQuran ketika melaksanakan tadarus massal pada Ramadan 1439 H, di Medan, Sumatera Utara, Senin (21/5/2018). Kegiatan yang diikuti sedikitnya 2.500 santri tersebut, merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan pada bulan Ramadan.TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI 

Tidak ada orang lain yang dapat mengetahui kecuali bila orang yang berpuasa itu mengatakannya.

Sebagian orang dalam menganyam kesalehan sosial di masyarakat dan berbangsa menganut falsafah, "Dalam hidup ini yang penting baik kepada sesama, tidak meyakiti orang lain."

Tentu saja falsafah ini mengandung kemuliaan dan baik pula menjadi pedoman dalam tata hidup bersama.

Hanya saja, penganut falsafah ini sering kali rapuh dalam kepribadian dasarnya.

Kebaikan yang disandarkan dan ditujukan pada hal-hal bersifat inderawi, material, dan duniawi sering kali mudah luntur.

Karena sandaran itu tidak tetap, kadang ada kadang hilang tidak kembali. Perbuatan-perbuatan yang ditujukan kepada hal-hal biasanya akan hilang bersama yang dituju.

Sementara dalam perspektif keimanan kaum muslim falsafah demikian tidak boleh berhenti sebatas itu.

Seluruh rangkaian perbuatan yang anggap baik harus berasal dan bermuara pada keikhlasan kepada Allah.

Berita Rekomendasi

Tiga Kelompok

Sebagaimana dikisahkan dalam hadist qudsi, oleh Abu Hurairah, ada tiga kelompok manusia yang berdialog dengan Allah di hari akhirat kemudian ketiganya digiring ke neraka.

Pertama, orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya, serta membaca dan membacakannya, tetapi niatnya agar orang-orang menyebutnya sebagai qari (yang pandai).

Kedua, orang yang berperang (atau berjihad) ke medan perang secara bersemangat, tetapi niat utamanya agar orang menyebutnya sebagai pemberani dan kstaria.

Ketiga, orang yang bersedekah dan berderma kepada orang lain, tetapi dilandasi niat agar orang-orang di sekitar menyebutnya sebagai dermawan dan pemurah.

Santri Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah membaca AlQuran ketika melaksanakan tadarus massal pada Ramadan 1439 H, di Medan, Sumatera Utara, Senin (21/5/2018). Kegiatan yang diikuti sedikitnya 2.500 santri tersebut, merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan pada bulan Ramadan.TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI
Santri Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah membaca AlQuran ketika melaksanakan tadarus massal pada Ramadan 1439 H, di Medan, Sumatera Utara, Senin (21/5/2018). Kegiatan yang diikuti sedikitnya 2.500 santri tersebut, merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan pada bulan Ramadan.TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI (TRIBUN MEDAN/Riski Cahyadi)

Dalam riwayat hadist itu disebutkan di dunia masing-masing telah mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang diniatkan yaitu sebutan sebagai qari, pemberani, dan dermawan.

Dapat dikatakan ketiga kelompok itu adalah orang-orang yang ingin agar amalnya dilihat (riya) dan didengar (sum'ah), membanggakan diri, dan jauh dari orang-orang yang benar, bukan kebaikan diperoleh tetapi kehidupan buruk sebagai imbalannya.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas