Ramadan di Kota London: Suara Azan Terdengar Meski Tak Terlalu Keras
"Di sini kalau puasa ya puasa saja, tidak ada yang khusus. Mungkin karena minoritas," jelas Wahyu.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, LONDON-Wahyu Hansudi, warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di London, Inggris, menceritakan waktu berpuasa bagi umat muslim di Britania Raya menjadi lebih lama. Bulan Ramadan bertepatan dengan musim panas di Inggris.
"Hari pertama puasa kemarin itu mulai jam 04:10, kemudian kita buka puasa itu pukul 20:16. Dan waktu puasa itu nanti akan semakin panjang ketika mendekati akhir bulan Ramadhan," jelas Wahyu kepada Tribun.
"Sampai nanti di hari terakhir puasa, kita itu harus selesai sahur pukul 03:05 kemudian nanti kita berbuka pukul 21:10 malam. Jadi secara waktu karena ini musim panas jadi lebih panjang," tambahnya.
Wahyu, sapaan akrabnya, telah 17 tahun hidup di London bersama seorang istri dan dua anaknya. Pria asal Malang Jawa Timur itu adalah seorang pengusaha di bidang Tour & Traveling.
Wahyu menjelaskan, secara kultur, suasana berpuasa di Inggris dan di Indonesia sangat jauh berbeda.
Di Indonesia, satu hari sebelum puasa berlangsung, biasanya ada banyak acara selamatan. Di London, lanjutnya, tidak ada.
Baca: Manchester United Masih Mengandalkan Scott McTominay
"Di sini kalau puasa ya puasa saja, tidak ada yang khusus. Mungkin karena minoritas," jelas Wahyu.
Baca: Komunitas Islam di London Gali Kuburan Massal bagi Jenazah Pasien Covid-19, Pemakaman Secara Shaf
Empat minggu lalu, kebijakan lockdown telah diterapkan di London. Lockdown diterapkan menyusul pertumbuhan kasus Covid-19 yang terus bertambah.
Menjalankan puasa di tengah berlakunya kebijakan tidak keluar rumah, lanjut Wahyu, membuatnya lebih khusuk. Khususnya karena ia tidak perlu keluar rumah di musim panas ini.
Ketika musim panas tiba, warga di London, menurut keterangan Wahyu, kerap mengenakan pakaian minimalis. Hal tersebut menjadi sebuah cobaan baginya yang sedang berpuasa.
Baca: Desa ini Namanya Llanfairpwllgwyngyllgogerychwyrndrobwllllantysiliogogogoch
"Puasa di tengah COVID-19 ini kita di rumah saja. Alhamdulillah kan, dengan begitu mungkin kita menjadi lebih khusuk karena kita tidak perlu berkeliaran ke mana-mana di musim panas ini," katanya.
"Minim gangguan jadinya, karena biasanya di musim panas gini orang-orang pakai bajunya minimalis," sambung Wahyu menceritakan.
Baca: Cerita Sandy dari Kutub Utara: Matahari Bersinar 21 Jam, Rindu Suara Azan
Wahyu menceritakan, banyak hal yang ia rindukan tentang berpuasa di Indonesia. Salah satu yang paling dirindukannya yakni tarawih berjamaah, kemudian pulang ke rumah masing-masing sembari mengobrol. Di Inggris budaya seperti itu tidak ada karena perbedaan kultur.
"Karena perbedaan kultur, kadang saya rindu mendengarkan suara bedug. Suara adzan di sini pun tidak terlalu keras lewat speaker. Karena memang jumlah masjidnya sedikit," kata dia.
Kadang saya juga kangen beberapa momen berpuasa di Indonesia. Misalnya ngobrol sama tetangga sembari berjalan kaki bersama sepulang tarawih," terang Wahyu.