Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Masjid Jami Al-Ma'mur Peninggalan Maestro Lukis Raden Saleh, Dibangun Bersama Warga Cikini Binatu

Masjid itu merupakan peninggalan maestro lukis Sjarif Boestaman atau yang dikenal dengan Raden Saleh yang dibangun sekitar tahun 1890.

Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Masjid Jami Al-Ma'mur Peninggalan Maestro Lukis Raden Saleh, Dibangun Bersama Warga Cikini Binatu
Tribunnews.com/Larasati Dyah Utami
Masjid Jami Al-Ma'mur Cikini. 

Masyarakat yang beragama Islam yang ada di kawasan Cikini Binatu dulu diwajibkan bersedekah beras, dikumpulkan untuk dijual dan dibelikan batu bata untuk pembangunan aasjid.

"Beras pada waktu itu mahal, jika dijual sangat berharga seperti emas," ujar Haji Syahlani.

Baca juga: Masjid Istiqlal Makin Ramah untuk Kaum Disabilitas, Tersedia Lift dengan Kaca Transparan

Warga Cikini Binatu

Kawasan sekitar Jalan Raden Saleh saat ini, dulunya merupakan tempat tinggal warga lokal yang dikenal dengan nama warga Cikini Binatu.

Bukan tanpa sebab, warga Cikini saat itu diberi julukan Cikini Binatu karena sebagian besar profesinya adalah tukang cuci baju para saudagar Belanda yang menyerahkan urusan cuci mencuci kepada mereka.

"Masyarakat di sini yang menjadi tukang cucinya, makanya dibilang Binatu," ujar Haji Syahlani.

Masjid Jami Al-Ma'mur Cikini, peninggalan maestro lukis Sjarif Boestaman atau yang dikenal dengan Raden Saleh yang dibangun sekitar tahun 1890.
Masjid Jami Al-Ma'mur Cikini, peninggalan maestro lukis Sjarif Boestaman atau yang dikenal dengan Raden Saleh yang dibangun sekitar tahun 1890. (Tribunnews.com/Larasati Dyah Utami)

Warga Cikini Binatu biasa mencuci pakaian para saudagar Belanda itu di Sungai Ciliwung yang tepat berada di samping Masjid Jami Al-Ma'mur Cikini.

Berita Rekomendasi

Haji Syahlani bercerita dahulu Sungai Ciliwung airnya masih sangat jernih hingga orang bisa melihat dasar sungainya, tidak ada sampah pelastik maupun kotoran lainnya.

"Dulu tidak ada plastik, tidak ada daun, daun yang jatuh juga langsung mengalir dan hilang. Sekarang sering banjir karena plastik-plastik itu. Dipelihara dengan baik oleh warga sini," cerita laki-laki kelahiran 1948 itu.

Baca juga: Riwayat Masjid Jami Cikini dan Perjuangan HOS Tjokroaminoto hingga KH Agus Salim Melawan Belanda

Masjid Jami Al-Ma'mur Cikini selesai dibangun tahun 1351 Hijriah atau tahun 1932 Masehi.

Sejak awal berdiri bentuknya sudah seperti ini, hanya beberapa kali direnovasi tanpa mengubah wujud aslinya.

Masjid ini memiliki sekitar 7 pintu utama, dengan 10 jendela yang kesemuanya asli memakai kayu jati.


Dari Menara Masjid, dulu orang bisa melihat Monas secara langsung hingga lapangan IKADA tempat Presiden Soekarno berpidato, karena belum banyak gedung tinggi.

Masjid Jami Al-Ma'mur Cikini, peninggalan maestro lukis Sjarif Boestaman atau yang dikenal dengan Raden Saleh yang dibangun sekitar tahun 1890.
Masjid Jami Al-Ma'mur Cikini, peninggalan maestro lukis Sjarif Boestaman atau yang dikenal dengan Raden Saleh yang dibangun sekitar tahun 1890. (Tribunnews.com/Larasati Dyah Utami)

Menara Masjid digunakan muadzin untuk mengumandangkan adzan jika masuk waktu salat tanpa pengeras suara.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas