Ramadan di Mesir, Selain Kurma, Nasi Basmati hingga Zabadi Dibagikan Dengan Porsi Besar
Warga di Mesir menjadikan bulan Ramadan sebagai momentum berbagi makanan. Beragam makanan khas mulai nasi basmati hingga minuman dibagikan.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Warga di Mesir menjadikan bulan Ramadan sebagai momentum berbagi makanan.
Itu dikatakan Deputy Chief of Mission (DCM) Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kairo M. Aji Surya kepada Tribun Network, Selasa (5/4/2022).
"Para ibu Mesir di setiap rumah tak boleh pelit soal makanan. Bagaimana tidak, lauk berbuka disiapkan dengan porsi besar dan bermacam-macam," ungkap Aji.
Menurutnya, jenis-jenis makanan yang dibagikan berprotein tinggi seperti ayam bakar, hamam mahsyi (burung dara bakar isi nasi), koftah, ikan goreng dan daging kambing.
Baca juga: Mesaharaty, Tradisi Membangunkan Orang Makan Sahur di Mesir, Ini Bedanya dengan Tradisi Indonesia
Untuk menu karbohidrat yang dihidangkan tak cuma roti, tapi beberapa jenis nasi dengan macam-macam olahan.
"Ada nasi basmati yang berwarna kuning, nasi khas Mesir yang dicampur dengan sedikit bihun dan nasi merah yang dicampur dengan kismis," kata pria yang karib disapa Pakdhe ini.
Ia menambahkan menu berbuka warga Mesir jauh biasanya lebih sederhana yakni hanya makan roti ish (roti gandum), telur rebus, tokmiyah (sejenis bakwan kacang, dan zabadi (yoghurt tawar).
"Bagi orang Mesir, zabadi dipercaya dapat mencegah rasa haus dan menambah daya tahan tubuh selama berpuasa," tuturnya.
Adapun jamuan makanan yang selalu ada di Mesir saat bulan Ramadan tidak lain yaitu kurma.
Namun ada juga berbagai macam olahan kue kunafa (kue dari tepung, kacang dan kelapa), qatayef (kue kacang dicampur madu) dan olahan subya (bubur dari susu dan santan kelapa).
Untuk minumannya mulai dari tamr hind (tamarin), qamar eddin (permentasi buah apricot) dan qarasus (perasan daun suji).
Mesaharaty Kesamaan Tradisi Ramadan Indonesia-Mesir
Deputy Chief of Mission (DCM) Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kairo M. Aji
Surya membagikan cerita kesamaan tradisi Ramadan antara Mesir dan Indonesia.
Pria yang akrab disapa Pakdhe ini mengatakan kesamaan yang paling terlihat adalah tradisi Mesaharaty
atau membangunkan orang sahur.
"Bedanya di Mesir orang-orang membangunkan sahur dengan cara menabuh tablah (sejenis rebana)
sambil bernyanyi. Sementera di Indonesia lazim menggunakan bedug," kata Aji kepada Tribun Network,
Selasa (5/4/2022).
Pemerintah Mesir sudah mulai melonggarkan aturan kepada warganya seiring kasus Covid-19 yang
melandai.
Ramadan tahun ini masyarakat menjalankan rutinitas hampir sepenuhnya normal.
Mulai dari buka puasa dan sahur bersama, salat tarawih serta pengajian-pengajian.
Bahkan Pemerintah membolehkan cafe-cafe, restoran buka sampai jam 2 pagi (waktu sahur), bahkan
delivery sepanjang waktu.
"Adapun kegiatan yang masih belum dibolehkan yaitu i’tikaf atau berdiam diri di masjid. Setelah salat
tarawih masjid-masjid di seluruh Mesir akan langsung ditutup," urai Aji.
Aji menceritakan kegiatan khas Ramadan di Kairo yang tak luput setiap tahunnya adalah
maidaturrahman atau tenda-tenda di tepi jalan yang dekat dengan keramaian sebagai tempat jamuan
buka puasa gratis.
Menu makanannya yang diberikan beragam dari mulai roti, nasi, ikan hingga daging kambing.
"Siapa saja boleh ikut makan hidangan buka dengan gratis selama persediaan makanan dan minuman
masih cukup," terangnya.
Selain maidaturrahman, di jalan-jalan kota Kairo dapat dengan mudah ditemukan orang-orang yang
membagi-bagi takjil gratis kepada pengendara yang melintas.
Biasanya berupa kurma, jus kemasan dan air mineral.
Aji mengatakan kebiasaan warga Mesir yang paling kentara saat Ramadan adalah aktivitas mereka
yang bergeser ke malam hari, terutama bagi yang berjualan di toko-toko.
Pagi hingga siang pertokoan banyak yang tutup dan baru akan buka menjelang sore hari atau bahkan
setelah salat tarawih.
Kebiasaan tersebut disebabkan karena warga Mesir selama Ramadhan hampir tidak tidur pada malam
hari.
"Mereka biasanya baru tidur setelah salat subuh. Waktu malam digunakan untuk berkumpul bersama
keluarga di cafe-cafe dan taman hingga waktu sahur tiba," tutur Pakdhe Aji.
Sebaliknya dari sahur, untuk berbuka puasa warga Mesir lebih memilih di rumah masing-masing dengan
makanan buatan sendiri. (Tribun Network/Reynas Abdila)