Contoh Kultum Ramadan tentang Sabar dan Keutamaan Zakat, Singkat dan Mudah Dipahami
Contoh kultum Ramadan singkat dan mudah dipahami, materi sabar dan keutamaan zakat, infaq, dan sedekah. Kultum biasa disampaikan setelah tarawih.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Kultum atau ceramah adalah bagian dari kegiatan beribadah di bulan ramadan.
Kultum ramadan ini biasanya disampaikan oleh seorang pembicara agama setelah salat tarawih dan subuh di masjid.
Durasi kultum ramadan dalam artikel ini tidak terlalu panjang dan mudah dipahami.
Berikut ini contoh kultum ramadan yang dirangkum oleh Tribunnews.
Baca juga: Sengaja Gosok Gigi pada Siang Hari, Apakah Bisa Membatalkan Puasa Ramadan?
Contoh Kultum Ramadan Singkat dan Mudah Dipahami
1. Kultum Singkat Tentang Kesabaran
Contoh kultum ini dikutip dari Pengadilan Tinggi Agama Medan.
Alhamdulillah, segala puji serta syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT kita telah sampai di Ramadhan 1443 Hijriyah, mudah-mudahan kita telah cukup beramal sholeh di hari-hari yang lalu dan mampu meraih lebih banyak lagi amalan-amalan baik lainnya di sisa bulan ramadhan ini.
Kultum ini disadur dari tausiyah Mukhlis Pulungan, S.Ag., M.H., Sekretaris Pengadilan Agama Tanjungbalai dengan pembawa acara Julham Efendi Ginting, S.H. Kali ini tema yang diambil adalah tentang “Sabar” di Pengadilan Agama Tanjungbalai.
Beliau menyampaikan tausiyahnya sebagai berikut:
Salah satu nama Ramadhan adalah syahrush shabr, yaitu bulan kesabaran.
Mengapa Ramadhan disebut bulan kesabaran? Karena ibadah utama di bulan ini adalah puasa dan puasa adalah separuh kesabaran.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الصَّوْمُ نِصْفُ الصَّبْرِ
“Puasa itu separuh kesabaran” (HR. Tirmidzi)
Menahan diri inilah bagian dari pendidikan kesabaran yang Allah canangkan melalui puasa dan Allah telah menyediakan banyak keutamaan untuk orang-orang yang sabar.
Baca juga: Jadwal Buka Puasa dan Adzan Maghrib Kota Bogor Jumat 8 April 2022 atau 6 Ramadhan 1443 H
Ulama mengkategorikan kesabaran pada 3 hal:
Sabar terhadap Nikmat
Sabar ini sebagai contoh ketika seorang mendapatkan nikmat berupa jabatan, ia bukan hanya perlu bersyukur akan tetapi harus bersabar pula dalam menjalankankan jabatannya, sehingga jika ada yang mengajaknya bermaksiat, ia akan mampu menolaknya, karena kesabaran itu bermakna juga menahan diri.
Sabar terhadap Musibah
Sabar saat tertimpa musibah yaitu saat seseorang mendapatkan kesulitan lalu ia pasrah dan berusaha menghilangkan kesulitan itu atau mencari solusinya dikatakan sabar.
Sabar terhadap Ibadah
Shalat, Puasa, Zakat adalah implementasi kesabaran kita untuk taat kepada Allah.
Artinya seorang mukmin harus sabar menjalankan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala meskipun perintah itu berat dan dibenci oleh nafsunya.
Seorang mukmin harus tetap taat pada hal-hal yang telah diwajibkan baginya meskipun banyak hal yang merintangi.
Saat semua upaya telah dilakukan, saat ikhtiar mencapai batas maksimal, maka saat itulah sabar bertemu dengan tawakal.
Maka barangsiapa yang mampu menjadikan dirinya sebagai orang yang sabar, Allah berjanji dan memberikan pengakuan/sertifikat bahwa Allah bersama orang-orang yang sabar.
Seseorang yang telah sabar, ia akan diliputi dan dinaungi Allah SWT dengan rahmat-Nya, perlindungan-Nya, pertolongan-Nya, dan ridho-Nya.
Adapun dzat Allah tidak sama dengan makhluk-Nya. Allah SWT berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Yā ayyuhallażīna āmanusta'īnụ biṣ-ṣabri waṣ-ṣalāh, innallāha ma'aṣ-ṣābirīn
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 153)
Semoga di bulan Ramadhan yang juga dikenal sebagai bulan kesabaran ini kita mampu melatih kesabaran kita dan dikuatkan kesabaran kita oleh Allah SWT.
Baca juga: Kumpulan Doa Perlindungan dan Pengampunan yang Ada dalam Al-Quran
2. Kultum Singkat Tentang Zakat, Infaq, dan Sedekah
Contoh kultum ini dikutip dari Universitas Darussalam Gontor.
Kultum singkat ini disadur dari tausyiah Dr. Setiawan bin Lahuri, M.A. di Masjid Jami’ Universitas Darussalam Gontor.
Sistem zakat, infaq dan sedekah merupakan bukti terbesar keberhasilan syari’at Islam dalam mencapai kecukupan kebutuhan umat manusia.
Zakat dapat menyalurkan manfaat dari berbagai dimensi, mulai dari orang kaya kepada orang miskin, orang kuat untuk orang yang lemah, dan orang yang mampu untuk orang yang membutuhkan pertolongan.
Sistem ini merupakan prinsip dasar kehidupan bermasyarakat dalam Islam, yang pada hakikatnya manusia itu tidak hidup sendiri.
Dalam hadits riwayat At-Thabrani, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
"Tidaklah beriman kepadaku orang yang kenyang semalaman. Sedangkan, tetangganya kelaparan di sampingnya. Padahal ia mengetahuinya.”
Tidak bisa disebut seorang mu’min, jika ia meninggalkan orang dalam keadaan lapar, namun dia dalam keadaan kenyang.
Sehingga, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menganjurkan kita untuk bersedekah dan berinfaq kepada orang yang membutuhkan.
Karena hakikatnya, hal tersebut sudah menjadi tanggung jawab kita sebagai orang-orang yang sudah berkecukupan.
Baca juga: Hukum Berpuasa Tapi Tidak Sholat, Ini Penjelasannya
Mulai dari yang Terdekat
Banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi yang menganjurkan kita untuk berinfaq.
“Ibda’ biman ta’ulu.”
Artinya: Mulailah dari siapa yang bergantung kepadamu.
Maksudnya, keutamaan infaq ialah dimulai dengan menyalurkannya kepada orang-orang terdekat kita dan orang-orang yang berada dalam tanggungan dan jaminan kita.
Seperti halnya ahli waris yang menerima harta warisan yang ditinggalkan, maka, ia memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, baik dari anaknya, istrinya, bahkan orangtuanya sekalipun.
Kita lihat di zaman Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Pada zaman itu kehidupan mereka saling membayar zakat dan saling berinfaq.
Abu Bakar sangat tegas dalam urusan zakat. Sampai-sampai beliau ingin membunuh orang orang yang tidak membayar zakat.
Hal ini ditegaskan karena ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam wafat, mereka berubah menjadi enggan untuk membayar zakat.
Bahkan, diantara mereka ada yang berkata, “Kami hanya ingin menjalankan shalat. Tetapi, kami tidak ingin untuk membayar zakat.“
Hal ini juga terjadi di zaman sekarang, dimana orang-orang hanya melaksanakan shalat, tapi, enggan untuk membayar zakat.
Padahal, zakat ini sudah tertera dalam QS. Al Baqarah ayat 43 setelah perintah shalat, yaitu “Aqiimu asshalata wa aatuu azzakata.”
Dari ayat tersebut kita paham betapa pentingnya membayar zakat.
Zakat tertera dalam rukun Islam ketiga setelah shalat. Apabila rukun tersebut terlaksana dengan baik, pasti tidak akan ada orang fakir yang terlantar.
Setelah khilafah beralih kepada Umar bin Khattab, beliau memerintahkan agar infaq tidak hanya terbatas kepada orang muslim saja.
Namun, disalurkan juga untuk kaum Nashrani dan kaum Yahudi yang membutuhkan. Islam tidak membedakan antara Kaum Muslim dan kaum Yahudi atau Nashrani.
Bahkan, Islam menganjurkan kita untuk saling tolong-menolong sesama manusia tanpa mengenal perbedaan apapun.
Islam bangkit dan luas karena mengajarkan sifat tolong menolong.
Maka dari itu, mari kita bersedekah dan menyalurkan sebagian harta kita untuk mereka yang membutuhkan.
Sesungguhnya, harta yang kita miliki adalah titipan dari Allah Subhanahu wa Ta’aalaa.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Ramadan 2022