Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Mengenal Nyadran, Tradisi Masyarakat Jawa Jelang Bulan Ramadhan

Nyadran dilakukan dengan bersih-bersih makam para orang tua atau leluhur, membuat dan membagikan makanan tradisional, serta berdoa.

Penulis: Widya Lisfianti
Editor: Sri Juliati
zoom-in Mengenal Nyadran, Tradisi Masyarakat Jawa Jelang Bulan Ramadhan
Tribun jateng/Wahyu Sulistiyawan
Warga memasak daging kambing di area pemakaman Setono saat dilakukan sadran Kyai Ashari, Kelurahan Ngijo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Jateng, Kamis (15/5/2014). Nyadran di makam petilasan Kyai Ashari ini diselenggarakan setiap tahun untuk meneruskan tadisi budaya warga. 

TRIBUNNEWS.COM - Setiap menjelang Ramadan, tepatnya pada bulan Sya'ban, masyarakat Jawa khususnya Jawa Tengah dan Yogyakarta, selalu melakukan tradisi Nyadran.

Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta "Sraddha" yang artinya keyakinan, dikutip dari menpan.go.id.

Dalam kalender Jawa, bulan Ramadan disebut dengan Bulan Ruwah, sehingga Nyadran juga dikenal sebagai acara Ruwah.

Nyadran diadakan satu bulan sebelum dimulainya puasa atau pada 15, 20, dan 23 bulan Ruwah.

Nyadran dilakukan dengan bersih-bersih makam para orang tua atau leluhur, membuat dan membagikan makanan tradisional, serta berdoa atau selamatan bersama di sekitar area makam.

Nyadran dimaksudkan sebagai sarana mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia, mengingatkan diri bahwa semua manusia pada akhirnya akan mengalami kematian.

Sekaligus dijadikan sebagai sarana guna melestrikan budaya gotong royong dalam masyarakat sekaligus upaya untuk dapat menjaga keharmonisan bertetangga melalui kegiatan kembul bujono (makan bersama).

Baca juga: Ragam Tradisi Menjelang Ramadhan di Indonesia: Nyadran, Padusan hingga Malamang

BERITA REKOMENDASI

Tradisi Nyadran dilakukan dengan kearifan lokal masing-masing sehingga dibeberapa tempat terdapat perbedaan-perbedaan dalam prosesi pelaksanaannya.

Tata cara pelaksanaan tradisi nyadran tidak hanya sekedar ziarah ke makam leluhur.

Namun juga terdapat nilai-nilai sosial budaya seperti gotong royong, pengorbanan, ekonomi, menjalin silaturahmi, dan saling berbagi antar masyarakat di suatu lingkungan.

Mengutip jogjakota.go.id, tradisi Nyadran terdiri dari berbagai kegiatan, yakni

1. Melakukan besik, yaitu pembersihan makam leluhur dari kotoran dan rerumputan.


Dalam Kegiatan ini masyarakat dan antar keluarga saling bekerjasama gotong-royong untuk membersihkan makam leluhur.

2. Kirab, merupakan arak-arakan peserta Nyadran menuju ketempat upacara adat dilangsungkan.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas