Ragam Tradisi Menjelang Ramadhan di Indonesia: Nyadran, Padusan hingga Malamang
Ada sejumlah tradisi yang dilakukan masyarakat Indonesia menjelang bulan Ramadhan. Mulai dari Nyadran, Padusan hingga Malamang.
Penulis: Widya Lisfianti
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Bulan puasa Ramadhan selalu disambut dengan begitu meriah oleh umat muslim, khususnya Indonesia.
Ada sejumlah tradisi lokal yang dilakukan menjelang bulan Ramadhan.
Terlebih lagi, Indonesia mempunyai ragam suku dan budaya.
Sehingga tradisi menjelang Ramadhan di daerah sangat beragam.
Berikut adalah tradisi menyambut bulan Ramadhan, dikutip dari smkn22jakarta.sch.id dan Kominfo:
1. Nyadran, Jawa Tengah
Baca juga: Jelang 1 Ramadhan 1444 H/2023, Berikut Doa dan Niat Puasa hingga Niat Salat Tarawih
Nyadran atau biasa disebut Nyekar adalah kegiatan ziarah ke makam leluhur.
Nyadran sendiri adalah tradisi pembersihan dan juga tabur bunga makam.
Yang unik dari tradisi ini adalah acara makan bersama (kenduri) yang dilakukan bersama-sama dengan hidangan hasil tani dan ternak warga, serta disajikan di atas daun pisang.
Tradisi Nyadran dipercaya oleh masyarakat sebagai ritual pembersihan diri menjelang bulan suci, serta bentuk bakti kepada anggota keluarga yang telah meninggal dengan memanjatkan doa dan membersihkan makam.
2. Padusan, Boyolali
Tradisi padusan dinilai sudah ada sejak zaman Wali Songo.
Padusan adalah kegiatan membersihkan diri di sumber-sumber mata air, untuk menyambut datangnya Ramadhan.
Tradisi padusan di Boyolali ini dilakukan sendiri-sendiri sehingga orang yang melakukannya dapat merenung dan merefleksikan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan di masa lampau.
3. Dugderan, Semarang
Tradisi Dugderan mirip seperti pesta rakyat.
Dugderan yang berasal dari kata “Dug” dan “Der”, merujuk bunyi beduk dan dentuman meriam yang mendominasi perayaan ini.
Dugderan biasanya digelar dua pekan sebelum bulan Ramadhan, dan sudah menjadi semacam pesta rakyat menyambut datangnya bulan suci.
Rangkaian acaranya terdapat tari-tarian, karnaval, serta tabuh bedug.
Tradisi ini sudah dilakukan sejak tahun 1881 sampai sekarang.
Tradisi Dugderan juga diramaikan kehadiran maskot Dugderan bernama Warak Ngendog berupa kambing dengan kepala naga lengkap dengan kulit bersisik dari kertas warna warni dan dilengkapi dengan telur rebus.
4. Munggahan, Jawa Barat
Tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat di daerah Jawa Barat ini berasal dari bahasa Sunda, yang berarti “sampai ke”.
Masyarakat Jawa Barat memaknai tradisi Munggahan sebagai sampainya mereka di bulan Ramadhan.
Oleh karena itu, Munggahan kerap dilakukan pada akhir bulan Syakban atau beberapa hari sebelum memasuki bulan Ramadhan.
Tradisi yang sudah ada sejak masuknya ajaran Islam di tanah Sunda tersebut dilaksanakan dengan botram atau makan bersama, saling meminta maaf, bersilahturahmi ke rumah keluarga serta kerabat, dan melakukan bebersih di tempat ibadah dan makam keluarga.
Munggahan dilakukan sebagai wujud rasa syukur kepada Allah serta untuk upaya membersihkan diri dari hal-hal buruk sebelum memasuki bulan suci Ramadhan.
5. Kirab Dandangan, Kudus
Kirab Dandangan merupakan kirab (festival) yang dilakukan oleh masyarakat Kudus untuk menandai dimulainya ibadah puasa.
Istilah dandangan atau dhandhangan diambil dari lantunan suara bedug masjid yang ditabuh ketika memasuki awal bulan Ramadhan.
Selama kirab berlangsung, desa-desa yang ada di Kudus akan menampilkan kehebatan desa mereka dengan mengarak kerajinan yang mereka buat dari Jalan Kiai Telingsing menuju Masjid Menara Kudus.
Puncak dari tradisi Kirab Dandangan adalah pementasan teatrikal sejarah perayaan Dandangan yang diisi oleh warga Kudus.
6. Tradisi Nyorog dari Betawi
Istilah nyorog merupakan kegiatan memberikan bingkisan kepada sanak saudara.
Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan mendatangi anggota keluarga atau tetangga yang lebih tua dengan memberikan bingkisan berupa makanan.
Tak jarang masyarakat Betawi mengirimkan makanan khasnya, yakni sayur gabus pucung.
Nyorog dimaksudkan untuk menjaga silaturahmi, mempererat tali persaudaraan, dan ucapan meminta restu dan memohon agar diberi kelancaran dalam menjalankan ibadah puasa.
Biasanya makanan khas yang dibawa saat melakukan nyorog adalah sayur gabus pucung, ikan bandeng, dan olahan daging kerbau.
7. Meugang, Aceh
Meugang dilakukan dengan memasak daging dalam jumlah besar dan menyantapnya bersama keluarga, kerabat, dan anak-anak yatim piatu.
Tak jarang daging yang sudah dimasak dibagikan masjid untuk dimakan oleh tetangga dan warga lain, sehingga semua orang dapat merasakan kebahagiaan melalui sedekah dan kebersamaan.
8. Malamang, Sumatera Barat
Malamang memiliki arti memasak lamang, yakni sajian yang terbuat dari beras ketan putih dan santan yang dikukus di dalam batang bambu muda.
Tujuan dari tradisi ini adalah untuk berkumpul bersama sanak saudara serta mempererat tali kekeluargaan.
9. Ziarah Kubro, Palembang
Tradisi yang diartikan sebagai ziarah kubur tersebut merupakan kegiatan mengunjungi makam para ulama dan pendiri Kesultanan Palembang Darussalam atau ‘waliyullah’ secara massal.
Meski dilaksanakan secara massal, tradisi ini hanya dikhususkan bagi kaum laki-laki.
Kegiatan ziarah ini biasanya diisi dengan para peziarah yang mengenakan pakaian serba putih dan melakukan pawai menuju sejumlah titik ziarah di Palembang.
Tradisi ini pun berlangsung selama 3 hari berturut-turut.
10. Balimau, Minangkabau
Balimau adalah tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat Minangkabau, yakni melakukan pemandian dengan jeruk nipis untuk membersihkan diri secara lahir batin sebelum memasuki bulan suci.
Tradisi ini dilakukan satu atau dua hari sebelum memasuki bulan Ramadhan dan dilaksanakan di kawasan yang dialiri oleh sungai ataupun memiliki tempat pemandian.
(Tribunnews.com, Widya)