Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Contoh Teks Ceramah Nuzulul Quran, Bahas Kemuliaan dan Keutamaannya

Berikut ini contoh teks ceramah di malam Nuzulul Quran. Dalam teks ini membahas tentang kemuliaan Nuzulul Quran

Penulis: Bangkit Nurullah
Editor: Ayu Miftakhul Husna
zoom-in Contoh Teks Ceramah Nuzulul Quran, Bahas Kemuliaan dan Keutamaannya
Tribunnews/Muhammad Nursina
Sejumlah santri Pondok Pesantren Baitul Musthofa, Mojosongo, Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah, membaca ayat suci Alquran di bawah sinar lilin dan lampu petromaks, Senin (25/4/2022) malam. Kegiatan ini digelar untuk memperingati Nuzulul Quran Ramadan 1443 Hijriah. Tribunnews/Muhammad Nursina 

TRIBUNNEWS.COM - Malam Nuzulul Quran biasanya akan diisi dengan berbagai kegiatan, salah satunya yakni tabligh akbar.

Buat Anda yang dipercaya menjadi pembicara pada peringatan Nuzulul Quran maka bisa menjadikan teks ceramah ini sebagai referensi.

Berikut ceramah singkat Nuzulul Quran dengan judul "Kemuliaaan Nuzulul Quran".

Kemuliaaan Nuzulul Quran

Dari dua belas bulan yang ada dalam kalender agama Islam, Ramadan merupakan bulan yang paling istimewa.

Karena keistimewaannya, Ramadan mendapat julukan sebagai sayyidus syuhur raja atau pemimpin seluruh bulan.

Atas julukan ini, ada beberapa keistimewaan bulan Ramadan yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan lain, antara lain: pertama, karena Ramadan dipilih sebagai bulan diturunkannya ayat pertama Al-Qur’an (QS. Al-Baqarah: 185).

Berita Rekomendasi

Oleh karena itu, salah satu ibadah yang dianjurkan untuk dilaksanakan di bulan Ramadan adalah memperbanyak membaca Al-Qur’an.

Kedua, dalam bulan Ramadan, ada suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan yang disebut malam lailatul qadar.

Nilai ibadah yang dilaksanakan di malam ini, lebih baik daripada nilai ibadah seribu bulan.

Ketiga, Ramadan merupakan bulan istimewa, karena kebaikan-kebaikan yang dikerjakan bulan Ramadan nilainya berlipat ganda.

Baca juga: Sejarah Singkat Nuzulul Quran, Peristiwa Turunnya Alquran pada Bulan Ramadan

Pada kesempatan ini, penting bagi kita mengingat kembali peristiwa yang sangat bersejarah bagi umat Islam, yaitu malam pertama diturunkannya Al-Qur’an oleh Allah Swt melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.

Pada saat itu, tepat pada malam Jum’at bertepatan dengan hari ke tujuh belas Ramadan, dan akhirnya kita kenal dengan malam Nuzulul Qur’an.

Bila kita mengkaji kembali tentang peristiwa ini, pelajaran yang dapat dipetik adalah agar ketaqwaan kita semakin kuat dan keyakinan kita semakin mantap terhadap kitab suci Al-Qur’an.

Sebagaimana kita tahu isi dari Al-Quran yaitu petunjuk bagi umat manusia serta pembela di antara perkara yang haq dan bathil.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 185:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗوَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗيُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖوَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ


Syahru ramaḍānal-lażī unzila fīhil-qur'ānu hudal lin-nāsi wa bayyinātim minal-hudā wal-furqān(i), faman syahida minkumusy-syahra falyaṣumh(u) wa man kāna marīḍan au ‘alā safarin fa ‘iddatum min ayyāmin ukhar(a), yurīdullāhu bikumul-yusra wa lā yurīdu bikumul-‘usr(a), wa litukmilul-‘iddata wa litukabbirullāha ‘alā mā hadākum wa la‘allakum tasykurūn(a).

Artinya: Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur. (QS. Al-Baqarah: 185)

Adapun ayat al-Qur’an yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah surah al-‘Alaq ayat 1-5.

Al-Qur’an diturunkan ke bumi tidak sekaligus tetapi berangsur angsur, sedikit demi sedikit, bertahap, sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi Rasulullah SAW, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Israa, ayat 106:

وَقُرْاٰنًا فَرَقْنٰهُ لِتَقْرَاَهٗ عَلَى النَّاسِ عَلٰى مُكْثٍ وَّنَزَّلْنٰهُ تَنْزِيْلً

Wa qur'ānan faraqnāhu litaqra'ahū ‘alan-nāsi ‘alā mukṡiw wa nazzalnāhu tanzīlā(n).

Artinya: Al-Qur’an Kami turunkan berangsur-angsur agar engkau (Nabi Muhammad) membacakannya kepada manusia secara perlahan-lahan dan Kami benar-benar menurunkannya secara bertahap.

Dengan bertahap ini, maka al-Qur’an lebih mudah diterima dan mudah dihafal.

Dan waktu itu, faktanya, banyak dari para sahabat Nabi yang hafal al-Qur’an.

Namun di fase berikutnya, terjadi pertempuran antara orang Islam dengan kaum kafir dan musyrik yang menentang serta menghalangi dakwah Nabi Muhammad.

Hingga akhirnya banyak para sahabat Nabi Muhammad yang gugur di medan perang sebagai syuhada’, tak terkecuali para sahabat penghafal Al-Qur’an.

Oleh karena itu, muncul sebuah gagasan untuk membukukan Al-Qur’an sebagai suatu kitab, hingga pada gilirannya dapat dinikmati sampai sekarang ini, dan Allah senantiasa menjaga keaslianya.

Baca juga: Pengertian dan Sejarah Nuzulul Quran, Peristiwa Turunnya Alquran

Setelah mengetahui secara sekilas tentang proses turunya Al-Qur’an, maka hendaknya kita mensyukuri kenikmatan luar biasa yang dilimpahkan oleh Allah kepada umat manusia melalui Rasulullah SAW yang berupa Al Qur’an

Hal ini karena di dalam Al-Quran berisi petunjuk-petunjuk yang benar.

Dari itulah, kita sebagai umat Nabi Muhammad, patut kiranya hunjuk syukur yang senantiasa tercurahkan kepada Allah Swt, karena hingga kini masih menikmati keimanan dan keislaman kita.

Wujud terima kasih dan rasa syukur atas turunya Al-Qur’an ini harus direalisaikan dalam kehidupan umat Islam sehari hari.

Adapun realisasi dalam kehidupan yaitu dengan perlakuan yang sebaik-baiknya dan sungguh-sungguh, baik dalam membaca, memahami makna,mengamalkan isinya.

Kemudian mengajarkan dan mendakwahkan isi kandungan Al-Qur’an, dengan harapan kelak di hari kiamat mendapat syafa’atnya.

Sebagaimana hadist Nabi Muhammad SAW yang artinya:

“Bacalah Al Qur’an, karena ia pada harikiamat nanti akan datang untuk memberikan syafaat (pertolongan) kepada para pembacanya” (HR. Muslim).

Begitu besarnya fadhilah membaca Al-Qur’an bagi para pembacanya.

Terlebih lagi pada bulan ramadan, bulan yang dipilih oleh Allah menjadi bulan diturunkanya ayat pertama Al Qur’an, ibadah yang sangat dianjurkan adalah memperbanyak membaca Al-Qur’an, di samping memperbanyak melakukan kebaikan yang lainnya.

Dalam hadist yang lain Rasulullah menjelaskan: “Seorang mukmin yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isinya ibarat buah jeruk manis, rasanya enak dan baunya harum.

Sedangkan, orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an tetapi mengamalkan isinya, ibarat buah kurma, rasanya enak dan manis tetapi tidak ada baunya.

Sejumlah anak-anak yatim bersama pendamping menghadiri acara momentum BSI THR Yatim di di Assembly Hall Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat, Jumat (14/4/2023). Dalam memaknai bulan suci Ramadan 1444 H dan peringatan Nuzulul Quran, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menyelenggarakan kegiatan BSI THR Yatim. Sebanyak 2.222 anak yatim piatu dan dhuafa mendapat santunan dari BSI, seiring semangat perseroan untuk terus mengalirkan manfaat kepada masyarakat luas. Tribunnews/Jeprima
Sejumlah anak-anak yatim bersama pendamping menghadiri acara momentum BSI THR Yatim di di Assembly Hall Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat, Jumat (14/4/2023). Dalam memaknai bulan suci Ramadan 1444 H dan peringatan Nuzulul Quran, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menyelenggarakan kegiatan BSI THR Yatim. Sebanyak 2.222 anak yatim piatu dan dhuafa mendapat santunan dari BSI, seiring semangat perseroan untuk terus mengalirkan manfaat kepada masyarakat luas. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/JEPRIMA)

Adapun perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an maka ibarat minyak wangi, baunya harum tetapi rasanya pahit.

Sedangkan, orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an ibarat buah kamarongan, rasanya pahit dan baunya busuk” (Hadist Shahih riwayat al Bukhari, Muslim, Al Tirmidzi, Abu Dawud, Al Nasai, Ibnu Majah, Al Darimi dan Ahmad).

Allah sangat memuliakan orang-orang yang membaca Al-Qur’an dan Allah mengakuinya sebagai Ahlullah (keluarga Allah) di dunia.

Allah juga memberi kedudukan yang sangat mulia kepada para penghafal Al-Qur’an, sebagaimana hadist riwayat Abu Hurairah r.a: “Barang siapa berharap bisa bertemu dengan Allah maka hendaknya menghormati keluarga Allah”

Seseorang bertanya Ya Rasul Allah, apakah Allah Azza wa Jalla mempunyai keluarga?

Beliau menjawab Keluarga Allah di dunia adalah mereka yang membaca Al Qur’an ketahuilah, barangsiapa menghormati merek, maka dia dihormati Allah dan diberi surga.

Dan barangsiapa menghina mereka, maka dia dihinakan Allah dan dimasukan ke dalam neraka.

Hai Abi Hurairah, tidak ada seorangpun di sisi Allah yang lebih mulia daripada penghafal Al qur’an.

Dan ketahuilah, sesungguhnya penghafal Al Qur’an di sisi Allah adalah lebih mulia daripadasiapapun, selain para Nabi (HR. Bukhari).

Dengan begitu, semangat Ramadan dengan sekian kemuliaan di dalamnya, rasa-rasanya kita harus senantiasa berkhitmad atas diturunkannya al-Qur’an ini.

Momentum Ramadan, sebagai bulan turunnya al-Qur’an (Nuzulul Qur’an) pertama kali ke bumi, patut bersyukur, membaca, dan mengamalkan isi kandungannya.

(Tribunnews.com/Bangkit N)

*Sumber: Buku Kumpulan Kultum Ramadhan "Mutiara Nasihat Seribu Bulan"

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas