Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Merawat Kemabruran Puasa, Dari Tahmid ke Syukur

Tahmid ialah ungkapan spontanitas seseorang yang baru saja merasakan nikmat dan karunia Allah SWT dengan mengucapkan kata Alhamdulillah. 

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Merawat Kemabruran Puasa, Dari Tahmid ke Syukur
TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN
Menteri Agama RI Nasaruddin Umar melakukan sesi wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra di Sutdio Tribun Network, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (28/1/2025). Dalam wawancara tersebut, Nasaruddin Umar banyak membahas penyelenggaraan ibadah haji. TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN 

Oleh Menteri Agama Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tahmid ialah ungkapan spontanitas seseorang yang baru saja merasakan nikmat dan karunia Allah SWT dengan mengucapkan kata Alhamdulillah. 

Kata ini berasal dari akar kata hamida-yahmadu berarti segala puji hanya tertuju kepada Allah SWT. Sedangkan syukur lebih dari sekedar bertahmid. 

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa, Dari Mukhlish ke Mukhlash, Tulus ikhlas Mendekatkan Diri Pada Allah SWT

Syukur berasal dari kata syakara-yasykuru berarti bersyukur, berterima kasih. 

Sedangkan menurut istilah oleh sebagian ulama dikatakan mengeluarkan hak-hak orang lain dari nikmat Allah yang kita peroleh, misalnya mengeluarkan zakat minimal 2,5 persen sebagai zakat ditambah dengan sadaqah dan berbagai bentuk pemberian lainnya kepada mereka yang berhak.

Menurut para ahli hakekat syukur adalah menyandarkan segala nikmat kepada pemberi nikmat dengan sikap rendah diri. 

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa, dari Khauf ke Khasyyah

Atas dasar pengertian inilah Allah SWT mempunyai sifat asy- syakûr, syukur yang sangat luas. Allah SWT memberikan balasan kepada para hamba-Nya atas kesyukurannya. 

Berita Rekomendasi

Al-Junaid mengatakan, syukur ialah engkau tidak memandang dirimu sebagai pemilik nikmat. Syâkir adalah orang yang mensykuri atas adanya pemberian, sedang syakûr mensyukuri atas penolakan. 

Ada juga yang mengatakan, syâkir adalah orang yang mensyukuri atas nikmat, sedangkan syakûr adalah mensyukuri atas musibah yang menimpanya.

Menurut Al-Syiblî syukur ialah melihat kepada pemberi nikmat dan bukan kepada nikmatnya. 

Pernyataan ini diperkuat dengan ucapan nabi Ayyub AS yang bersikap sabar terhadap musibah yang menimpanya, sehingga ia disebut sebagai hamba yang sebaik-baiknya. 

Demikian juga nabi Sulaiman AS yang bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah kepadanya sehingga ia
disebut juga sebagai hamba yang sebaik-baiknya. 

Hal ini disebabkan karena keduanya konsentrasi pada pemberi nikmat dan bukan pada musibah dan nikmat itu, sehingga dengan demikian keduanya tidak merasakan sama sekali rasa sakit dan nyaman.

Syukur ada tiga macam. Syukur dengan lisan, inilah yang populer, syukur dengan hati,
yaitu menyadari sepenuhnya atas segala apa yang saksikan di bumi yang luas dan tetap konsisten
menjaga kehormatan, serta syukur dengan aktualisasi diri. 

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas