Merawat Kemabruran Puasa, Dari Takut ke Taqwa
Bahasa Arab terkadang sulit dicari padanan terjemahannya di dalam bahasa Indonesia.
Editor: Anita K Wardhani

Menteri Agama Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA
TRIBUNNEWS.COM - Bahasa Arab terkadang sulit dicari padanan terjemahannya di dalam bahasa Indonesia.
Banyak bahasa Arab Alquran yang terpaksa diterjemahkan dengan kata aslinya, karena tidak
dijumpai padanannya yang tepat di dalam kamus bahasa Indonesia.
Salah satu di antaranya ialah kata taqwa.
Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa, Memaknai Kisah Nabi Ayyub, Sosok yang Disebut Shabir oleh Allah SWT
Kata taqwa berasal dari akar kata waqa-yaqi berarti memelihara seseorang dari bahaya atau kesakitan, kemudian membentuk kata tawaqqa yang bisa diartikan dengan “takut”.
Kata taqwa tidak bisa diartikan dengan takut karena mungkin tingkat kebenarannya hanya 35 persen, terutama jika dihubungkan dengan Allah SWT.
Baca juga: Dari Syukur ke Syakur, Merawat Kemabruran Puasa dengan Zakat
Dalam firman Allah SWT disebutkan: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”(Q.S. Ali ‘Imran/3:102).
Kata ittaqullah diartikan bertakwalah kepada Allah, tidak diterjemahkan takutlah kepada Allah.
Taqwa dalam bahasa Arab merupakan kombinasi antara rasa takut yang sangat kuat, rasa cinta yang sangat dalam, dan rasa segan yang amat tinggi. Kalau diartikan taqwa dengan takut maka unsur cinta dan segannya hilang, padahal itu juga merupakan unsur penting dalam taqwa.
Ilustrasinya seperti anak kecil terhadap ibu dan bapaknya. Seorang anak pasti sangat
mencintai ibu dan bapaknya, tetapi pada sisi lain ia juga sangat takut dan segan terhadapnya.
Sang anak pasti sangat takut pada orang tuanya karena segalanya masih tergantung pada keduanya.
Namun sang anak juga sangat mencintai kedua orangtuanya karena dialah yang menjadi tumpuan cinta kasihnya.
Pada saat bersamaan juga ia sangat rekpek dan segan terhadapnya karena segala keperluannya masih disuplai oleh kedua orang tuanya.
Tidak heran kalau dalam kitab-kitab tasawuf sering dikatakan bahwa latihan untuk takut, cinta, dan respek
terhadap Allah SWT ialah takut, cinta, dan respek pada kedua orang tua.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.