Inilah Profil Kota Sinabang yang Diguncang Gempa Itu
Ibukota Kabupaten Simeulue Sinabang, kalau diucapkan dengan logat daerah adalah Sinafang yang artinya senapan atau senjata api, di mana dulunya Sinabang menjadi markas serdadu kompeni Belanda
Penulis: Prawira
Pulau Simelue adalah daerah di Aceh yang juga tak luput diguncang gempa. Dan, pagi tadi petaka itu kembali terjadi.
Berikut kilasan mengenai profil Pulau Simelue Kota Sinabang yang berjuluk kota senapan itu.
Kabupaten Simeulue adalah salah satu kabupaten di Aceh, Indonesia. Berada kurang lebih 150 km dari lepas pantai barat Aceh, Kabupaten Simeulue berdiri tegar di Samudera Indonesia. Kabupaten Simeulue merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat sejak tahun 1999.
Pulau Simelue luasnya hanya 2.310 meter persegi dan jumlah penduduknya hanya 82.648 jiwa, atau dalam kata lain tak lebih banyak dari kapasitas setengah stadion Gelora Bung Karno.
Ibukota Kabupaten Simeulue Sinabang, kalau diucapkan dengan logat daerah adalah Sinafang yang artinya senapan atau senjata api, di mana dulunya Sinabang menjadi markas serdadu kompeni Belanda. Sementara Sibigo ibukota kecamatan Simeulue Barat berasal dari kata/kalimat CV dan Co karena masa-masa penjajahan dulu, Sibigo adalah lokasi perusahaan pengolahan kayu Rasak - sejenis kayu sangat keras setara dengan Jati - yang dikirim ke Belanda via laut.
Karena posisi geografisnya yang terisolasi dari Pulau Sumatera, hiruk-pikuk konflik di Aceh daratan tidak pernah berimbas di kawasan ini, bahkan tidak ada pergerakan GAM di kawasan kepulauan ini.
Kabupaten Simeulue dibagi menjadi 8 kecamatan yaitu, Simeulue Timur, Teupah Barat, Teupah Selatan, Simeulue Tengah, Teluk Dalam, Salang, Alafan, Simeulue Barat
Hampir seluruh penduduk kepulauan ini beragama Islam. Penduduk kawasan ini juga berprofil seperti orang Cina, dengan kulit kuning dan sipit dan mempunyai bahasa yang berbeda dengan Aceh daratan.
Gugusan Kepulauan Simeulue yang terdiri beberapa pulau besar dan kecil (± 40 buah) berada tepat di atas persimpangan tiga palung laut terbesar dunia, yakni pada pertemuan lempeng Asia dengan lempeng Australia dan lempeng Samudera Hindia.
Sehingga pada saat terjadinya gempa bumi dan tsunami tanggal 26 Desember 2004 yang ber-episentrum di ujung barat Pulau Simeulue, pulau ini mengalami kerusakan sarana prasarana sangat parah.
Namun jumlah korban jiwa akibat peristiwa tersebut relatif minim, hal ini disebabkan masyarakat setempat sudah mengenal secara turun temurun peristiwa yang disebut sebagai smong,karena peristiwa serupa yakni tsunami pernah terjadi pada tahun 1907 sehingga apabila terjadi gempa besar diikuti oleh surutnya air laut dari bibir pantai secara drastis dan mendadak, maka otomatis tanpa disuruh seluruh penduduk, tua muda, besar kecil laki-laki dan perempuan beranjak meninggalkan lokasi menuju tempat-tempat ketinggian atau perbukitan guna menghindar dari terjangan smong atau tsunami tersebut.(berbagai sumber)