Korban Dipaksa Melayani 5 Lelaki dalam Sehari
Korban trafficking di Banda Aceh dipaksa melayani tamunya tiga hingga lima laki-laki dalam sehari
Editor: Tjatur Wisanggeni
Getirnya kehidupan para wanita salon plus plus yang menjadi kroban eskploitasi seks para pelaku ini ternyata masih belum menemui titik. Ibarat fenomena gunung es, kasus demi kasus terus terjadi dan hanya tampak di atas permukaan.
AKP Elfiana menyebutkan, salah satu kendala polisi dalam mengungkapkan praktik prostitusi ala salon plus plus ini terkait dengan minim yang diterima karena korban takut melapor. Akibatnya, para mami pun terus bisa “berlengang kangkung”, mencari mangsanya.
“Kasus trafficking seperti ini seperti teori gunung es. Dimana yang muncul dipermukaan kecil, tapi ketika dilihat di bawah banyak,” katanya. Menurutnya, selama ini korban trafficking di Banda Aceh, masih takut melapor germo yang menjual mereka karena takut dengan ancaman yang diterima. Bahkan, kata Elfiana, para murcikari ini tidak saja mengancam korban, namun juga keluarganya.
“Selama ini korban hanya minta perlindungan hukum. Mereka lari dari salon, kemudian minta perlindungan kepada kita. Jadi tidak (mau-red) mem-BAP-kan pelaku dan pemilik salon. Padahal kita sudah jelaskan kepada mereka, mereka adalah korban trafficking dan apa itu trafficking. Mereka bisa menjerat si pelaku dengan hukuman berat atas apa yang telah dilakukan pelaku kepada mereka. Namun tetap saja korban tidak mau mem-BAP-kan pelaku, sehingga kita terbentur pada saksi-saksi,” kata mantan Kapolsek Baiturrahman itu.
Dia juga menyebutkan pemerintah harus lebih hati-hati dalam mengelurkan izin usaha rumah kecantikan agar tidak disalahgunakan fungsinya. “Mereka sangat lihat menutupi operasinya. Selain itu mereka juga ada backing,” pungkas Elfiana. (c47)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.