Warga Kali Code Bangun Rumah dari Pasir Merapi
Naiknya debit air Kali Code karena pendangkalan pasir Merapi juga membawa berkah warga sekitar karena mendapatkan material bangunan gratis
Editor: Kisdiantoro
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Naiknya debit air Kali Code yang disebabkan pendangkalan dasar sungai akibat pasir kiriman dari Merapi, tidak membuat Mirsal warga Rt 31/7 Kelurahan Gowongan, Gondolayu, Kidul khawatir. Pada kenyataanya, Mirsal mengungkapkan, Sebagian besar rumah warga dibantaran Code malah mendapatkan keuntungan sebab menggunakan pasir Merapi untuk pembangunan rumah.
“Rumah ini sebagian besar menggunakan pasir Merapi. Bila nilai dengan uang, pasir yang saya gunakan untuk membangun material rumah mencapai sekitar dua puluh juta rupiah, padahal rumah ini menghabiskan dana sekitar enam puluh juta,” ungkap Mirsal mantan akitivis Ormas Islam ini, (10/11/2010).
Sekitar tahun 2007, pasca letusan Merapi tahun 2006, lanjut Mirsal, dirinya mulai membangun rumah secara bertahap dengan memanfaatkan pasir yang melimpah di depan rumah yang berada di pinggir Kali Code. Jumlah pasir yang melimpah menurut dia, sangat membantu secara ekonomis bagi sebagian besar warga Kali Code.
Mirsal Menuturkan, proses pembuatan rumah yang terletak di samping saluran pembuangan air hotel bintang tiga di Jogja itu, diawali dengan menyisihkan pasir Kali Code untuk membuat batako dengan alat manual.
“Hanya kayu, genting, semen dan besi yang membeli dari toko, untuk pondasi, batako, pasir semua sudah tersedia di depan mata. Sehebat apapun bencana, pasti ada hikmah di balik peristiwa itu, tidak terkecuali Merapi ini,” ujarnya pria asal Bogor ini.
Berdasarkan pengalaman luapan material Kali Code beberapa tahun silam, Mirsal menceritakan, warga hanya membutuhkan alat berat backhoe untuk mengangkat pasir yang menutupi saluran pembuangan air dari tengah Kota ke Daerah Aliran Sungai (DAS) menuju Kali Code,“Pasir ini akan menyusut dengan sendirinya seiring waktu, hanya untuk saluran air harus segera diatasi agar tidak masuk ke rumah warga, tentu dengan alat berat,”tandasnya.
Sedangkan Widyono petugas pos pemantau lahar dingin Merapi di Kali Code mengungkapkan, warga sangat terbuka jika ada yang menggunakan pasir Merapi, khususnya untuk pembuatan dan meninggikan talud disepanjang Kali Code, “Sedang untuk warga yang menambang pasir Code, pengalaman yang lalu, mereka kesulitan untuk membawa pasir keatas sehingga tidak terlalu banyak yang melakukanya,”ungkapnya.
Bagi dia dan warga sepanjang Kali Code, material pasir Merapi yang terseret arus ketika hujan datang akan terkikis secara bertahap. Senada dengan Mirsal, Widyono mengaku yang dibutuhkan warga saat ini adalah pengerukan lubang saluran pembuangan air dibibir sungai.
“Dibutuhkan pengerukan pada saluran pembuangan sekitar satu setengah meter dari permukaan pasir saat ini, bila itu dilakukan, air pembuangan dari kota akan lancar sehingga tidak meluber ke rumah warga,” terangnya.