Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tiga Bayi Lahir di Bawah Ancaman Bahaya Lokon

Satu orang pengungsi erupsi Gunung Lokon dikabarkan meninggal. Sedangkan tiga bayi dilaporkan lahir saat ancaman erupsi lokon masih

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Tiga Bayi Lahir di Bawah Ancaman Bahaya Lokon
/Tribun Manado/Rizky Adriansyah
SUAPI ANAK - Seorang ibu menyuapi anaknya di lokasi pengungsian SMA Kristen Tomohon, Jumat (15/7/2011). Pasca letusan Gunung Api Lokon, berbagai sumbangan berupa makanan, minuman, selimut dan sebagainya mulai berdatangan dari berbagai donatur. (Tribun Manado/Rizky Adriansyah). 

Laporan Wartawan Tribunmanado.co.id, Warsteff Abisada

TRIBUNNEWS.COM, TOMOHON - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menurunkan radius zona bahaya menjadi 3 kilometer dari sebelumnya 3.5 kilomterer. PVMBG juga mengizinkan warga yang berdiam di luar radius 3 kilometer beraktivitas seperti biasa. Namun demikian, Gunung Lokon tetap berstatus awas.

"Sebaran abu ke arah barat dan barat laut. Jadi tidak ada aktivitas penduduk dalam radius 3 kilometer. Tapi, penduduk di luar 3 kilometer boleh beraktivitas seperti biasa. (Namun) jika aktivitas gunung meningkat bisa ditinjau lagi," ungkap Surono, Kepala PVMBG, Kamis (21/7/2011).

Status Lokon sendiri sebutnya masih awas lantaran tingginya aktivitas vulkanik ditandai adanya suplai energi dan terjadinya pengembangan 2,3 mm setiap harinya. Selain itu, juga terjadi peningkatan embusan gas SO2 hingga 93 ton per hari.

"Berdasarkan pengamatan visual dan kegempaan Gunung Lokon masih awas," jelasnya pada konferensi pers di Posko Bencana di Kantor Eks Rindam, Tomohon.

Surono menambahkan, sebaran abu juga tak berdampak langsung ke wilayah Tomohon, kecuali daerah Agotey dan Lemo, Minahasa yang masuk radius 3 kilometer. Karenanya, Surono menyebutkan warga di luar zona larangan diperbolehkan beraktivitas seperti biasa. Khusus awan panas, Surono mengatakan, kendati terus meletus belum muncul.

"Rekomendasinya akan kami buat. Jadi keputusannya sekarang tinggal dari pemerintah menentukan wilayah aman dari bahaya," sebut Surono.

Berita Rekomendasi

Kendati demikian, dia tetap mengingatkan perlunya kewaspadaan. Pasalnya, terus terjadi penumpukkan energi, kendati tidak bisa diprediksikan apakah akan meletus. "Seperti mendung, itu tak berarti akan hujan," jelasnya mengambil perumpamaan.

Terpisah, Pemko Tomohon agaknya memilih berhati-hati menyikapi hasil analisa PVMBG itu. Selain belum menerima rekomendasi tertulis PVMBG, pihaknya juga masih mengantisipasi terjadinya kondisi tidak diinginkan. Karenanya, mereka masih mempertahankan pengungsi di penampungan.

"Meskipun berada dalam zona aman karena radius bahaya telah dikurangi, lebih baik masyarakat tetap di pengungsian. Dari pada dipulangkan dan tiba-tiba terjadi letusan besar repot jadinya, karena harus dievakuasi lagi dari rumah warga ke tempat pengungsian," kata Arnold Poli, Komandan Tanggap Darurat Gunung Lokon.

Menurut Sekretaris Kota Tomohon, rekomendasi PVMBG diharapkan juga mencatumkan dengan jelas daerah bahaya yang masuk zona larangan 3 kilometer itu. Sehingga pihaknya tahu betul lokasinya. Kapolres Tomohon AKBP Marlien Tawas mengaku pihaknya siap mengevakuasi warga ke rumah masing-masing jika memang Pemko memberikan perintah.

"Asalkan ada petunjuk dari pemerintah, maka kami siap melaksanakannya," ujarnya didampingi Kabag Ops Polresta Tomohon, Kompol Linus Kendek. Berdasar data, jumlah pengungsi tercatat sebanyak 5.369 jiwa, atau sebanyak 1.462 kepala keluarga.

Kepala Dinas Kesehatan dan Sosial, Dolvien Karwur mengungkapkan hingga sejauh ini tercatat sebanyak 4 pengungsi meninggal dunia. Yakni Yohana Mawikere (56), warga Kinilow Lingkungan II karena serangan jantung. Blasius Tumembow (73), warga Kinilow I Lingkungan IX karena pembengkakan paru.

Melkias Pangalila (87), warga Kinilow karena pembengkakan paru dan Tineke Rumorong (71) warga Kinilow I karena syok dan kardiogenik. "Umumnya yang meninggal adalah lansia yang sudah sakit sejak dari pemukiman masyarakat. Ada yang dirawat intensif di rumah sakit sebelum meninggal," jelasnya.

Kemudian tiga pengungsi melahirkan, terdiri dua bayi berkelamin laki-laki dan seorang perempuan. Yakni Meike Tambengi (34) warga Kakaskasen I. Sedangkan dua bayi laki-laki anak dari Vanda Rapar (29), warga Kinilow I dan Juliana Pusung (37), warga Kinilow.

"Semua bayi dilahirkan di rumah sakit dalam keadaan sehat," ujar Dolvien.

Hingga kemarin, bantuan terus mengalir ke Posko Bencana. Pertamina semisal, setelah membantu 5.000 minyak tanah kembali membantu 5 ribu masker, 40 karton susu, minuman kemasan, selimut dan mi instan.

"Kami berharap bantuan dimanfaatkan dengan benar untuk pengungsi," kata Irwansyah, Sales Manager Pertamina Area Manado.

Turut mendampingi Operation Head Terminal BBM Bitung, Guntur Mewengkang dan Depot Pengisian Pesawat Udara Sutisna. "Mudah-mudahan bencana segera berakhir, sehingga warga bisa hidup normal," harap Irwansyah. Bantuan juga datang dari kejaksaan se-Sulut. Wakajati Sulut Monang Pardede menyerahkan secara simbolis kepada Kepala BPBD, Royke Roeroe berupa beras, mi instan dan minuman kemasan.

Sumber: Tribun Manado
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas