Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Beberapa Pedagang Masih Menjual Tahu Tempe

Meski mulai hari ini (25/7/2012) perajin tahu dan tempe berencana melakukan aksi mogok produksi, tempe dan tahu masih ditemukan

Editor: Budi Prasetyo
zoom-in Beberapa Pedagang Masih Menjual Tahu Tempe
TRIBUNNEWS.COM/DANY PERMANA
Pekerja di tempat pembuatan tahu, membereskan alat-alat produksi, di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan, Selasa (24/7/2012). Para produsen tahu yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha dan Pengrajin Tahu-tempe Indonesia (Hipertindo) akan melakukan aksi mogok produksi mulai tanggal 25 sampai 27 Juli 2012, sebagai respon dari melonjaknya harga kedelai impor selama 6 bulan berturut-turut, sejak Februari hingga Juli 2012. TRIBUNNEWS/DANY PERMANA 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ida Romlah

TRIBUNNEWS.COM BANDUNG,- Meski mulai hari ini (25/7/2012) perajin tahu dan tempe berencana melakukan aksi mogok produksi, tempe dan tahu masih ditemukan di sejumlah pasar di Kota Bandung.

Seperti pantauan Tribun di Pasar Kordon dan Pasar Modern Batununggal, masih ada beberapa pedagang yang menjajakan tahu dan tempe. Namun sebagian besar pedagang berhenti berjualan tahu dan tempe, dan beralih ke komoditi lain.

Pedagang yang masih berjualan beralasan, tahu dan tempe yang dijualnya merupakan tahu dan tempe yang sudah terlanjur dibikin sebelum ada pemberitahuan untuk mogok.

"Ini tempe saya jual karena kagok saja, sayang juga kalau tidak dijual bisa mubazir. Dibikin sebelum menerima edaran untuk mogok. Kalau besok pasti ikut mogok," kata pedagang yang juga perajin tempe, Udin Nganga (30), saat ditemui Tribun di Pasar Kordon, Rabu (25/7) pagi.

Hal sama dikatakan pedagang tahu dan tempe di Pasar Modern Batununggal, Oded (30). Dia beralasan, tetap menjual tempe dan tahu karena terlanjur dikirim oleh perajin.
Diberitakan Tribun sebelumnya, Ketua Puskopti Jabar, Asep Nurdin mengatakan, perajin tahu dan tempe di Jawa Barat akan mogok produksi pada 25-27 Juli 2012. Itu dilakukan sebagai bentuk protes atas mahalnya harga kedelai.

Selain itu juga protes terhadap pemerintah yang melempar tata niaga kedelai ke pasar. Padahal, kata Asep, seharusnya tata niaga kedelai diambil alih pemerintah agar tidak terjadi gejolak harga. (roh)

Berita Rekomendasi

Berita  Terkait :

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas