Setiap Pertengahan Tahun Soputan Meletus
Masyarakat Minahasa Tenggara dan Minahasa Selatan sudah mengenal karakter Gunung Soputan.
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Masyarakat Minahasa Tenggara dan Minahasa Selatan sudah mengenal karakter Gunung Soputan.
Gunung berapi itu selalu meletus pada pertengahan tahun. Kelaziman itu membuat masyarakat di sekitar Gunung Soputan selalu waspada, dan tidak begitu terkejut manakala gunung setinggi 1.784 meter (5.853 kaki) di atas permukaan laut memuntahkan debu, lava, dan awan panas.
"Tak usah heran, setiap pertengahan tahun memang selalu meletus. Soputan biasa meletus antara Mei sampai September," ujar Camat Silian Raya, Kabupaten Minahasa Tenggara, Alexander Tumigolung, kepada Tribun belum lama ini.
Pernyataan senada disampaikan Boyke Akay. Menurutnya, periode letusan setiap pertengahan tahun, tak ubahnya seperti perayaan HUT Gunung Soputan.
"Seperti perayaan hari jadi saja, tiap pertengahan tahun Soputan selalu meletus," kata Akay, yang juga Camat Tombatu.
Akay masih ingat, letusan Gunung Soputan yang paling hebat terjadi 30 tahun silam, di mana ketebalan abu vulkanis mencapai puluhan sentimeter.
"Kami tak lupa tahun 1982, Soputan memang meletus kuat. Debunya sampai 30 sentimeter, memang itu yang paling kuat," ungkap Akay.
Letusan Soputan pada Minggu (26/8/2012) hingga Senin (27/8/2012) lalu, menurut Akay tak perlu dirisaukan berlebihan, karena dampaknya tidak signifikan bagi masyarakat di Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra).
"Angin mengarah ke Minsel (Minahasa Selatan). Jadi, Mitra sementara aman, walaupun tetap harus waspada," tutur Akay.
Soputan yang terletak di wilayah Minahasa Selatan, merupakan gunung berapi jenis stratovolcano. Tipe erupsinya berupa ledakan kubah lava, aliran piroklastik, dan aktivitas strombolian.
Letusan Soputan, pertama kali tercatat pada 1785. Sejak itu, sudah ratusan kali gunung tersebut meletus.
Dalam 10 tahun terakhir, intensitas letusannya berlangsung hampir saban tahun. Hingga Selasa (28/8/2012), kondisi Gunung Soputan semakin tenang, bahkan jauh lebih tenang dari keadaan sehari sebelumya.
Menurut catatan pos pemantau Soputan, sejak pukul 06.00-12.00 WITA kemarin, sudah tidak terjadi lagi letusan dan lontaran pijar atau awan panas.
"Tadi hanya terjadi satu kali embusan, satu kali tektonik, dan tujuh kali gempa guguran, bahkan tremor tidak ada lagi," jelas Fandy, pemantau Soputan di Maliku, Selasa.
Kondisi puncak gunung, lanjutnya, tidak terpantau, karena dihalangi kabut tebal. Meski begitu, masyarakat di sekitar kaki Gunung Soputan belum diperkenankan melakukan aktivitas, karena masih berbahaya.
"Radius 6,5 kilometer belum diizinkan," jelasnya.
Meski Soputan sudah berangsur normal, status gunung belum diturunkan dari siaga.
"Status belum diturunkan, karena yang memutuskan dari pusat, kami hanya berikan laporan perkembangan setiap enam jam," papar Fandy. (*)
BACA JUGA