Kami Tahan Aset Batavia Air
"Kami menahan (baca sita, red) semua aset milik armada penerbangan Batavia Air atas perintah PT Angkasa Pura I Jakarta.
Editor: Budi Prasetyo
Laporan Wartawan Pos Kupang, Paul Burin
TRIBUNNEWS.COM, KUPANG -- "Kami menahan (baca sita, red) semua aset milik armada penerbangan Batavia Air atas perintah PT Angkasa Pura I Jakarta. Kami menahan alat-alat kantor, kendaraan bahkan pesawat."
General Manager PT Angkasa Pura (Persero) Bandar Udara El Tari Kupang, Imam Pramono, S.Kom, M.M, mengatakan hal ini ketika ditemui Pos Kupang di ruang kerjanya, Senin (4/2/2013) sore.
Penahanan ini kata Imam, menyusul tunggakan airlines yang belum dilunaskan. Imam enggan menyebut nilai tunggakan itu dengan alasan sebagai hal internal. Namun, ketika disebutkan bahwa tunggakan Batavia sebesar Rp 300 juta, Imam membenarkannya. Penahanan berbagai aset itu kata dia, menunggu perintah lebih lanjut dari kantor pusat PT Angkasa Pura I di Jakarta.
Menurut Imam, tunggakan itu berupa pembayaran fasilitas dan biaya pendaratan pesawat, penempatan pesawat, sewa ruang dan sewa kantor. Apakah sudah ada deal untuk pelunasan biaya- biaya itu, Imam mengatakan, tetap menunggu komando dari Jakarta.
Kini, aset-aset itu diamankan di gudang PT Angkasa Pura di Bandara El Tari. Sedangkan pesawat Batavia masih parkir di apron Bandara.
"Kami siap menjalankan perintah dari Jakarta. Biasanya pembayaran dilakukan di kantor pusat di Jakarta. Kami hanya mendapat tembusan ke sini. Jadi, kami tak urus duit. Kami hanya mengurus administrasi saja," kata Imam.
Ditanya apakah banyak penumpang yang mengadu ke Angkasa Pura terkait pengembalian uang tiket, Imam mengatakan, ada sekitar 149 penumpang yang pagi itu hendak melakukan penerbangan ke Jakarta.
Mereka kata Imam, menunggu di loket Batavia, namun tak ada karyawan yang bertugas pada pagi itu. Mereka tak mendapat informasi yang jelas dari manajemen Batavia di Kupang. Akhirnya kata Imam, petugas di Bandaralah yang mengarahkan para calon penumpang untuk menanyakan penggantian tiket pesawat di agen-agen di Kupang.
Sampai sejauh ini Imam tak tahu apakah para calon penumpang itu sudah mendapatkan pengembalian biaya tiket atau belum. Sebab hal itu diluar kewenangannya.
Imam mengatakan, Pemerintah Propinsi NTT boleh mengajukan permintaan pesawat ke Kementerian Perhubungan untuk mengisi kekosongan ini. Tapi, secara pasar armada lain pasti sudah melirik dan mempersiapkan penerbangan ke daerah ini.
Hanya saja butuh waktu. Bisa dua sampai tiga minggu ke depan karena birokrasi perizinan yang cukup lama.
Wakil Ketua Komisi B DPRD NTT yang membidangi Ekonomi dan Pembangunan, Gabriel Suku Kotan, S.H, M.Si, Senin (4/2/2013), mendukung bila ada armada penerbangan lain atau armada yang ada menambah jam penerbangan dari dan ke NTT.
"Sebab pailitnya Batavia ini berdampak pada ledakan penumpang di daerah ini. Dan, Pemerintah Propinsi NTT kita harapkan ikut memikirkannya," kata Gabriel. Ia menilai, modal penumpang dalam sehari sekitar 600 orang itu menjadi pasar yang menjanjikan bagi armada lain yang ingin beroperasi di NTT.
Sebelumnya diberitakan, sejak tanggal 30 Januari 2013, pukul 00.00 WIB Batavia dinyatakan pailit. Penerbangan terakhir dilakukan dari Surabaya ke Kupang pada tanggal 29 Januari 2013 pukul 19.20 Wita. Pada keesokan hari semua operasi dibekukan, termasuk penerbangan pagi hari menuju Jakarta.
Ambruknya Batavia berdampak pada pendapatan berbagai pihak yang terkait di dalamnya. Para sopir yang beroperasi di Bandara El Tari mengatakan, sejak Batavia dinyatakan pailit, pendapatan mereka sehari berkurang sekitar 150 ribu. Pasalnya, rata-rata tiap mobil mendapat jatah hantar dua sampai tiga kali.
"Batavia pailit, kami juga ikut pailit. Pendapatan kami berkurang. Sampaikan kepada pemerintah bahwa kami ikut menerima dampak dari pailitnya Batavia," kata sopir taxi bandara 021, Rinto Nine ketika ditemui di Bandara El Tari, Senin (4/2/2013). (*l)
Baca Juga :
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.