Leni Repi Kehilangan Dua Anak Perempuan Sekaligus
Perempuan berambut sebahu tersebut terus meratapi jenazah dua putrinya, Lady dan Rifda Oroh, yang meninggal akibat tertimpa reruntuhan beton
Editor: Dewi Agustina
![Leni Repi Kehilangan Dua Anak Perempuan Sekaligus](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/20130217_Kota_Manado_Terkepung_Banjir_1267.jpg)
Laporan Wartawan Tribun Manado, Edi Sukasah
TRIBUNNEWS.COM, KOTAMOBAGU - Hingga Senin (18/2/2013) kesedihan Leni Repi belum reda. Perempuan berambut sebahu tersebut terus meratapi jenazah dua putrinya, Lady dan Rifda Oroh, yang meninggal akibat tertimpa reruntuhan beton rumah di perumahan Citraland, Minggu (17/2/2013) kemarin.
"Oh, Tuhan...," ratap Leni yang duduk di antara kedua peti jenazah di rumah duka yang
terletak di Desa Bangunan Wuwuk, Kecamatan Modayag Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim).
Johan Oroh, suami Leni, tampak berusaha tegar kendati tetap tak bisa menyembunyikan duka yang mendalam. Pendeta di Gereja Pantekosta di Indonesia (GPDI) di Bangunan Wuwuk tampak duduk lunglai di kursi yang berada di belakang dua jenazah tersebut. Dia memegang handuk kecil dan sesekali menyeka wajahnya.
Sejumlah perempuan tampak menenangkan Leni, sementara pelayat lainya tampak berusaha menemani Johan yang terus diam. Pelayat yang datang ke rumah duka ikut merasakan rasa sedih orangtua yang kehilangan dua putri sekaligus itu. Bahkan mata sejumlah perempuan memerah dan basah.
Dengan langkah tertatih dan digandeng seorang kerabatnya, Johan memaksakan diri keluar rumah pastori yang ditinggalinya. Kepada Tribun Manado (Tribunnews Network), dia mengatakan keikhlasannya.
"Hal ini memang berat, apalagi bagi ibu yang kehilangan dua putri sekaligus. Namun Tuhan pasti menunjukkan makna dibalik ini semua," kata Johan dengan lirih.
Namun demikian, dia tak kuasa membendung air matanya saat beberapa pelayat datang dan memberikan ucapan belasungkawa.
"Tidak ada yang bisa menolak kuasa Tuhan. Jika memang sudah waktunya dan Tuhan menentukan titik akhir kehidupan seseorang," kata dia.
Harapan Rifda tertolong sebenarnya sudah membumbung. Saat berada di perjalanan menuju Manado, dia mendapat telepon jika anak bungsunya tersebut masih hidup dan sudah diberi infus. "Saya kira, Rifda saat itu sudah di rumah sakit. Ternyata, masih tertimbun longsoran," katanya lagi.
Johan megaku merasakan firasat sebelum kejadian naas menimpa kedua putrinya. Seperti saat sang anak mengatakan pisang kukus yang mereka buat tak masak juga. Padahal, sudah lebih dari satu jam mereka memasaknya. Pun jauh sebelumnya saat melihat posisi rumah Lady yang berada di sisi tebing.
Dua putrinya tersebut akan dimakamkan pada Rabu (20/2/2013). Namun sebelumnya akan disemayamkan dulu di Gereja GPDI Bangunan Wuwuk. Jenazah Lady dan Rifda dibawa dari Manado sekitar Minggu malam sekitar pukul 24.00 Wita. Jenazah sempat dibawa ke Ranomea, Amurang, Minahasa Selatan. Jenazah tiba di Bangunan Wuwuk sekitar pukul 6.30 Wita.
Dua putri Johan ini dikenal anak-anak yang pintar dan pandai bermasyarakat. "Mereka itu dikenal pintar. Apalagi yang sulung (Lady). Almarhumah kalau tidak salah bekerja di bank dan dari dulu menunjukkan kepintarannya," ujar Chen, tetangga Johan di Bangunan Wuwuk.
Senada, Dewi Gumeleng yang sempat menjadi rekan kerja Lady, megungkapkan rasa tidak percaya atas kejadian yang menimpa Lady.
"Sebelum melayat, saya bertanya-tanya apakah betul yang menimpa Lady ini. Saya masih mengenang kepintaran, supel dan kebaikannya saat dulu bekerja bersama-sama di sebuah bank," kata Dewi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.