Ini Penuturan Pembunuh Shelow: Jangan Difoto, Saya Malu
Sahar Nababan dan Kasma Manurung hanya karena sakit pada ibu korban.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM,PAKAM--- Kapolda Sumut Irjen Wisjnu Amat Sastro tak habis pikir melihat kesadisan tersangka Santi Magdalena Br Manurung (39) menghabisi nyawa bocah berusia empat tahun Shelow Alfalo Nababan di rumahnya, Jl Motung Dusun VII Desa Pagar Jati, Kecamatan Lubukpakam, Minggu (17/2).
Santi, ibu rumah tangga, punya anak berusia enam bulan, tega menghabisi Shelow, anak tetangganya, Sahar Nababan dan Kasma Manurung hanya karena sakit pada ibu korban.
''Saya tidak mengerti di mana perasaannya, karena dia juga seorang ibu dan punya bayi enam bulan,'' kata Wisjnu dalam konferensi pers di Mapolres Deliserdang, Jumat (22/2).
Santi dan suaminya, Amon Sitinjak, diamankan polisi dari rumahnya, Kamis sore. Setelah menjalani pemeriksaan, untuk sementara, Santi ditetpakan sebagai tersangka penculikan yang berujung kematian anak bungsu pasutri Sahar dan Kasma tersebut. Sedangkan peran Amon masih didalami polisi.
''Saat ini penyelidikan masih terus dikembangkan, apakah ada pihak lain yang membantu tersangka dalam melakukan aksinya. Barang bukti telah berhasil dikumpulkan. Suami tersangka hingga saat ini masih terus diselidiki,'' katanya.
Wisjnu mengatakan kondisi kejiwaan tersangka akan dicek.
''Pengakuan sementara tersangka, Santi sakit hati kepada ibu korban. Kita juga akan melakukan pemeriksaan terhadap orangtua korban," katanya.
Kapolda mengimbau para orangtua selalu mengawasi anaknya, utamanya yang di bawah umur, mengingat tindak pidana bisa saja terjadi dengan pelbagai motif.
Saat Santi digiring ke ruang Kapolres Deliserdang, tersangka sempat meronta saat melihat wartawan yang memotret wajahnya. Dia memohon agar petugas tidak membawanya dari ruangan Reskrim ke ruangan Kapolres Deliserdang, agar tidak difoto wartawan.
Petugas Polres Deliserdang meminta awak media untuk tidak mengambil foto. Setelah wartawan bersedia tidak mengambil foto, akhirnya Santi bersedia beranjak dari ruangan Sat Reskrim, menuju ruangan Kapolres dengan wajahnya ditutup kertas putih dan berlindung di balik pundak polwan yang mengawalnya.
"Jangan difoto-foto, saya malu pak," ujarnya ketika awak media tetap memotonya.
Kepada wartawan, tersangka mengatakan saat menculik Shelow, dirinya mendengarkan bisikan untuk menculik dan membekap korban hingga.
Katanya, dia dendam terhadap ibu korban yang pernah melecehkannya dengan perkataan di depan umum. "Ada masalah pribadi dengan ibunya yang tidak bisa aku utarakan. Hanya polisi dan aku yang tahu," tuturnya.
Ia mengatakan pernah berhutang dengan siapapun, apalagi pada ibu korban. Hal ini ia lakukan semata karena merasa dihina oleh ibu korban.
"Si Shelow datang sendiri ke rumahku, Minggu (17/2). Saat itu hujan, Shelow dan anak-anak lain di daerah itu memang sering bermain ke rumahku. Saat korban datang sendirian ke rumah aku, lalu langsung disekap dan dimasukan ke kolong tempat tidur," katanya.
Selama disekap korban tidak pernah dibawa keluar rumah. Hanya berada di bawah kolong tempat tidur tersangka. Tersangka mengetahui korban sudah tidak bernyawa lagi, Selasa (19/2) sore.
"Senin masih aku rasakan denyut nadinya, masih ada, dalam posisi kugendong saat kupegang lehernya masih ada denyut nadinya," ujarnya.
Santi mengaku sudah berencana memberi korban, Senin. Tetapi urung, karena ada sang suami. Dia menuturkan, suaminya sama sekali tidak mengetahui dirinya menyekap Shelow. Santi mengaku tak tahu kenapa korban bisa mengeluarkan darah.
Selasa Magrib, tersangka yang mengetahui korban telah meninggal langsung membawa mayat koban keluar dari rumah denga perlahan-lahan dan langsung membuang mayatnya di samping rumah.
"Saat itu aku cek lagi keadaannya, ternyata dia sudah mati. Saking gugupnya aku, kubuka semua ikatannya dan langsung kumasukan ke dalam goni dan kubuang ke belakang," ujarnya.
Tersangka mengaku tidak berniat membuang korban ke mana-mana. Karena tersangka tidak menyangka korban akan meninggal.
"Aku nekat meminta uang kepada keluarga korban karena aku memang butuh uang untuk memenuhi kebutuhan hidupku sehari-hari. Awalnya aku minta 2 miliar, tetapi karena mereka tidak sanggup jadi 200 juta," jelasnya.
Rencananya uang tebusan tersebut diantar Rabu (20/2). Tetapi karena korban meninggal, transaksi tersebut batal.
Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Deliserdang AKBP Dicky Patrianegara mengatakan peristiwa sadis itu berawal saat korban dipanggil tersangka ke rumahnya. Akibat dendam pada ibu korban, mulut Shelow dilakban, kaki dan tangannya diikat, lalu dimasukan ke bawah kolong tempat tidur. Akibat tidak bisa bernafas, korbanpun tewas.
Mantan Kapolres Tapteng itu mengatakan tersangka yang mengetahui korban meninggal Senin (18/2), mulai panik. Dan lebih panik lagi ketika polisi menggunakan anjing pelacak, Selasa (19/2).
"Ketika kepolisian yang melakukan penyelidikan dengan menggunakan anjing pelacak, tersangka panik. Sehingga jasad korban dimasukkan ke karung dan dibuang di samping rumahnya. Lokasi penemuan korban dengan tempat tinggal tersangka itu tidak jauh, hanya berjarak dua meter saja," tutur Dicky.
Ia mengatakan tersangka memiliki beberapa nomor telepon, karena Santi menjual pulsa. Barang bukti seperti lakban untuk menyekap mulut korban ditemukan di asbes rumah tersangka.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.