Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sidang Paripurna DPRD Lembata Berakhir Ricuh

Yakobus Liwa dengan suara lantang meminta pimpinan sidang menghentikan Sekda Toda Atawolo. Ia bahkan meminta agar Sekda Atawolo segera

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Sidang Paripurna DPRD Lembata Berakhir Ricuh
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Lima pasangan calon gubernur dan wakil gubenur Jabar 2013 mendapat ucapan selamat seusai penyampaian visi misi dan programnya pada Rapat Paripurna Istimewa DPRD Provinsi Jawa Barat di Ruang Sidang Paripurna Gedung DPRD Provinsi Jawa Barat, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Kamis (7/2/2013) pagi. Pada acara tersebut setiap pasangan cagub dan cawagub diberi kesempatan menyampaikan visi misi dan programnya untuk membangun Jawa Barat lima tahun kedepan masing-masing selama 20 menit. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) 

Laporan Wartawan Pos Kupang, Feliks Janggu

"PIMPINAN sidang, turunkan Sekda dari podium. Pak bupati ada, kenapa Pak Sekda yang bacakan LKPj (Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPj) bupati?"

Pernyataan tegas itu disampaikan salah seorang anggota dewan, Yakobus Liwa, ketika melihat Sekda Lembata, Petrus Toda Atawolo, naik ke podium untuk membacakan LKPj Bupati. Sekda Atawolo naik ke podium setelah dipersilahkan oleh pimpinan sidang. Saat Sekda sudah diatas podium, kericuhan sidang parpurina pun mulai terjadi.

Yakobus Liwa dengan suara lantang meminta pimpinan sidang menghentikan Sekda Toda Atawolo. Ia bahkan meminta agar Sekda Atawolo segera turun dari podium.

"Pimpinan sidang, turunkan Sekda dari podium. Pak bupati ada, kenapa pak Sekda yang bacakan LKPj?" kata Liwa.

Suasana ini terjadi ketika dilangsungkan sidang paripurna DPRD Lembata, dengan agenda Laporan Keterangan Pertanggujawaban (LKPj) Bupati Lembata, Rabu (27/3/2013). Sidang itu berakhir ricuh.

Kericuhan dipicu oleh keputusan pimpinan sidang, Hyasintus Tibang Burin untuk melanjutkan paripurna. Padahal sebagian besar anggota DPRD menghendaki paripurna dihentikan.

Berita Rekomendasi

Alasan DPRD terutama dari kubu yang menolak paripurna dilanjutkan (sebagian besar anggota dewan-red), adalah pemerintah perlu mengoreksi terlebih dahulu tiga angka berbeda dalam sisa lebih perhitungan anggaran (Silpa) 2012, yakni Rp 61 miliar, kemudian berubah menjadi Rp 53 miliar dan terakhir Rp 48 miliar.

Perubahan angka-angka dalam Silpa itu, dinilai anggota dewan sebagai bukti ketidakseriusan pemerintah, atau pemerintah main-main dengan angka atau sengaja mengubah angka-angka tersebut.

Sedangkan dari kubu yang menginginkan paripurna dilanjutkan, beralasan bahwa DPRD perlu memberikan kesempatan kepada pemerintah untuk mempertanggungjawabkan perubahan angka tersebut dalam paripurna. Selanjutnya, DPRD Lembata bisa memberikan tanggapan.

Tetapi ketika LKPj Lembata hendak dibacakan Sekda lembata, Petrus Toda Atawolo, banyak anggota dewan lantas berdiri. Mereka keberatan dengan keputusan pimpinan sidang yang bersikeras melanjutkan paripurna tersebut.

Puncak kericuhan terjadi, tatkala Sekda Lembata, Petrus Toda Atawolo, diminta oleh pimpinan sidang untuk naik ke podium dan membacakan LKPj Bupati Lembata.

Saat itu, Alwi Murin, anggota DPRD Lembata lainnya, meminta pimpinan sidang untuk berbicara. Selanjutnya anggota DPRD lain mulai berdiri dan meninggalkan ruangan sidang.

Sumber: Pos Kupang
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas