Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dituduh Pakai Ilmu Hitam, Kakek 99 Tahun Diikat Anak Kandungnya

Gara-gara dituduh memakai ilmu hitam yang membuat anggota keluarganya setiap saat sakit, kaki Hendrik Moa

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Dituduh Pakai Ilmu Hitam, Kakek 99 Tahun Diikat Anak Kandungnya
POS KUPANG/ARIS NINU
Hendrik Moa (99), duduk kakinya diikat rantai dan tali plastik di dapur rumah oleh anak-anaknya karena dituduh punya ilmu hitam, Kamis (4/4/2013) siang. 

Laporan Wartawan Pos Kupang, Hilarius Ninu dan Okto Manehat

TRIBUNNEWS. COM, MAUMERE -- Gara-gara dituduh memakai ilmu hitam yang membuat anggota keluarganya setiap saat sakit, kaki Hendrik Moa (99) diikat oleh anak kandungnya menggunakan rantai anjing dan tali plastik.

Warga RT 02/RW 08, Kelurahan Madawat, Kota Maumere, Kabupaten Sikka ini diikat oleh anak kandungnya di dapur rumah dalam keadaan tidak memakai baju dan hanya mengenakan kain.  Peristiwa naas yang menimpa Hendrik sudah berlangsung selama sebulan karena anak-anaknya menuduh Hendrik memakai ilmu hitam yang membuat keluarga sakit.

Perbuatan anak kandung mengikat kaki sang ayah ini membuat warga yang melihat dan mengetahui melaporkan kasus yang menimpa Hendrik kepada Polres Sikka.  Polisi  ke rumah Hendrik dan mendapatkan Hendrik diikat kedua kakinya menggunakan rantai dan tali plastik, serta didudukan di sebuah bale-bale atau tempat tidur dari bambu.

Pantauan Pos Kupang di Kelurahan Madawat, Kamis (4/4/2013) pagi, polisi Polres Sikka dipimpin KSPK Polres Sikka, Aiptu Donatus Paru datang ke lokasi kejadian bersama anggota Polres Sikka.

Polisi datang setelah mendapat laporan tentang ada seorang bapak yang diikat oleh anggota keluarganya di belakang rumah. Polisi ke sana ingin mencari tahu kenapa bapak tersebut diikat, apakah karena sakit jiwa atau ada masalah lainnya.

Polisi mendekati rumah Hendrik Moa. Saat polisi menemui Hendrik, ternyata benar kedua kakinya  diikat pakai rantai anjing dan tali plastik (tali sapi, Red). Ujung tali diikat pada sebuah tiang rumah agar Hendrik tidak lepas.

BERITA REKOMENDASI

Polisi lalu mendekati seorang pria bernama Kristoforus. Kristo ternyata anak kandung dari Hendrik.  Ditanya polisi kenapa Hendrik, diikat pakai rantai. "Bapak kami ini sudah buat kami susah. Dia suanggi (santet, Red) kami semua di dalam rumah sampai kami sakit. Dia buat kami susah, makanya kami ikat bapak di belakang rumah biar jangan  kami susah," jawab Kristo.

Ia mengatakan, kalau bapaknya tidak diikat, maka  keluarga pusing karena Hendrik akan berkeliaran di jalan.  "Kami, kakak- adik duduk bersama dan sepakat bapak diikat saja karena dia buat kami susah. Dia suanggi," kata Kristo kepada polisi bernama Aiptu Donatus dan Aipda Budi, Kanit IV Reskrim Polres Sikka.

Kedatangan polisi ke lokasi sempat membuat polisi jatuh hati karena tidak menyangka dan tidak habis pikir anak mengikat kaki ayah kandung.  "Kalau bapak Anda suanggi belum tentu kalian lahir. Masa bapak kandung Anda diikat. Kasihan, masa orangtua kandung kalian buat seperti ini. Bagaimana dia tidak sakit hati, pasti mulutnya panas dan Anda dalam keluarga pasti selalu sial," kata anggota polisi di rumah Hendrik Moa.

Kepada polisi, Kristo mengatakan, "Kami kasih makan dia setiap hari. Kami siap di bale-bale, bapak makan sendiri," kata Kristo.
Kristo tetap saja pada pendirian bahwa keluarga sepakat mengikat Hendrik karena ia selalu menyusahkan keluarga.

Polisi meminta Kristo melepas ikatan bapaknya dan membawa ke depan rumah. Setelah  rantai dan tali plastik yang mengikat kaki Hendrik dilepas, ia sempat bertutur sudah satu bulan  diikat oleh anak-anaknya. "Saya sudah berusia 99 tahun. Anak saya tujuh orang. Sudah ada cucu dan cece," tutur Hendrik.


Ia bicara waras dan tidak kelihatan sakit jiwa seperti kata orang dan keluarganya. Hendrik sempat mengisap satu batang rokok yang diberikan warga yang prihatin melihat  kondisinya. "Kami tetangga tahu, tapi itu kan urusan keluarga orang, makanya kami diam. Nanti mau tanya orang pasti marah, kami tahu tapi kami diam," kata seorang ibu.

Aiptu Donatus menghubungi Lurah Madawat, Seprianus Nerius datang ke rumah Hendrik Moa. Lurah Nerius datang dan memberikan nasehat kepada Kristo dan keluarganya.

"Ini kasus yang harus dibedah bersama. Tidak bisa selesaikan dengan cara seperti ini. Kalau bilang dia kurang waras, padahal waras. Saya sebagai lurah berharap kalian harus menyelesaikan masalah ini bagaimana caranya agar tidak bermasalah. Ini kamu tidak atasi malah buat masalah baru. Bapak ini tidak pernah ada laporan bahwa mengganggu di kompleks ini. Yang ikat bapak ini adalah orang di dalam mereka. Alasan mereka agar dia tidak jalan-jalan ke rumah," kata Nerius.                           

Ia mengatakan, sebagai anak haruslah punya kewajiban menjaga orangtua dengan baik karena dia telah berjasa dalam kehidupan keluarga.

"Anak-anak punya tanggung jawab untuk melindungi orangtua. Harus ada pernyataan sikap melindungi orangtua. Perlakukan secara manusiwi. Kalau saya, mereka di dalam rumah ini dibawa ke polisi. Orangtua adalah wakil Tuhan yang ada di dunia. Nanti buat surat pernyataan di kantor luarh agar kalian tidak menerlantarkan bapak kalian. Ini tugas saya untuk membina warga saya.
Saya sudah dapat info tadi malam, rencana besok mau ke sini. Ada masyarakat yang melaporkan. Kalau tidak mau urus orangtua Anda, kami akan usahakan titipkan di panti sosial, tetapi itu ada mekanimesnya. Tapi sangat malu kalau orangtua dititipkan di panti jompo," tegas Nerius.

Nerius memberikan jaminan kepada polisi  masalah itu akan diselesaikan di kelurahan dan anak-anak Hendrik Moa  akan membuat surat pernyataan di kantor lurah. (*)

Tags:
Sumber: Pos Kupang
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas