Rudenim Belawan kelebihan Kapasitas Oleh Pencari Suaka Politik
Rumah Detensi Imigrasi Belawan saat ini menampung sekitar 262 orang warga asing, sebagian besar merupakan
Penulis: Bahri Kurniawan
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN -- Rumah Detensi Imigrasi Belawan saat ini menampung sekitar 262 orang warga asing, sebagian besar merupakan pencari suaka yang belum memperoleh status pengungsi dari UNHCR. Jumlah tersebut jauh melebihi kapasitas normal yang seharusnya ditampung di Rudenim Belawan yang normalnya hanya diisi 120 orang.
"Ini sudah over capacity, karena kan kita menerima dari dua wilayah provinsi yaitu Aceh dan Sumatera Utara, dan kita tidak bisa menolak," terang Pelaksana Harian Rudenim Belawan, Yusup Umardani saat ditemui di kantornya, Rabu (3/4/2013).
Di dalam Rudenim sendiri hanya terdapat 30 kamar bagi para penghuninya, karena jumlahnya terbatas kamar lebih diutamakan bagi mereka yang berkeluarga. Sementara bagi mereka yang masih belum berkeluarga ditempatkan di ruang-ruang lain atau tidur di sudut-sudut rudenim.
Rudenim Belawan juga dihuni oleh sekitar 15 anak-anak, mereka dibawa oleh orangtua mereka meninggalkan negara asal untuk mencari keselamatan dan kehidupan yang lebih baik.
Untuk kepentingan pendidikan anak-anak malang ini, pihak Rudenim melakukan kerjasama dengan LSM-LSM dan sukarelawan dan juga dengan Muhammadiyah untuk memberikan pendidikan kepada mereka.
"Kita tidak sekedar menampung, kita bekerja sama dengan LSM dan juga dengan Muhammadiyah untuk memberikan pendidikan untuk mereka, kita juga adakan kegiatan rohani," imbuhnya.
Untuk keperluan kesehatan, di dalam Rudenim terdapat klinik pengobatan yang diisi oleh dokter-dokter dari IOM atau dari RS Angkatan laut, yang secara terjadwal memeberikan pelayanan kesehatan.
Para penghuni Rudenim Belawan kebanyakan merupakan para pencari suaka yang meninggalkan negara mereka karena situasi keamanan dan politik yang tidak kondusif.
Salah satunya adalah pria bernama KoKklvarn, warga negara Srilangka itu mengaku sudah tiga bulan berada di Rudenim Belawan. Ia menuturkan alasannya meninggalkan Srilangka adalah karena permasalahan dan konflik yang tak kunjung selesai di negaranya.
"Di Srilangka masalah terus, banyak tentara," ujarnya.
KoKklvarn menuturkan dirinya sempat terombang-ambing tak jelas selama 45 hari di lautan, sebelum kemudian ditampung pemerintah Indonesia.