Ambulans 'Si Gajah' Jadi Museum Keliling
PENDIDIKAN sejarah masih diajarkan di setiap sekolah. Namun jam pelajaran untuk pendidikan sejarah tidak sebanyak mata pelajaran lain
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Siti Fatimah
TRIBUNNEWS.COM -- PENDIDIKAN sejarah masih diajarkan di setiap sekolah. Namun jam pelajaran untuk pendidikan sejarah tidak sebanyak mata pelajaran lain. Padahal mengenal sejarah itu penting. Dan salah satu cara untuk mengenal sejarah adalah mengunjungi museum.
Namun cara ini juga kurang menarik minat khususnya anak muda atau pelajar. Kunjungan ke museum masih rendah. Karena itulah pada momen Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) kali ini, diharapkan pendidikan sejarah diminati kembali, termasuk mengunjungi museum, untuk mengetahui sejarah perjuangan bangsa dan sejarah para pahlawan.
"Bila dikaitkan dengan Hardiknas, harapannya, ingat saja pesan Bung Karno, jasmerah atau jangan sekali-kali melupakan sejarah. Karena dalam sejarah juga banyak hal yang bisa dipelajari," kata Kabintaldam III/Siliwangi Kolonel Hindro Martono saat ditemui di Museum Mandala Wangsit Siliwangi di Jalan Lembong.
Hindro mengakui minat berkunjung ke museum sudah berkurang. Tidak seperti dulu, ketika pelajar punya jadwal khusus untuk berkunjung ke museum. Meski masih ada, jumlahnya tidak sebanyak dulu. Hal ini bisa terjadi karena beberapa hal, seperti kurangnya jam pelajaran sejarah, sehingga anak-anak juga kurang paham atau kurang tertarik dengan sejarah.
Selain itu, museum di Indonesia perlu ditata kembali agar menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi. Di luar negeri, museum bukan sekadar tempat untuk mengetahui sejarah, tapi sudah menjadi suatu tempat rekreasi yang memberikan nilai pendidikan sejarah serta menambah kecintaan terhadap tanah air.
"Harusnya kurikulum sejarah, untuk mata pelajaran sejarah, bobotnya ditambah. Jadi pelajar juga memiliki rasa penasaran dan ingin mengetahui hal-hal bersejarah seperti peninggalan sejarah yang bisa dilihat hanya di museum," katanya.
Untuk kembali meningkatkan minat masyarakat khususnya generasi muda mengetahui sejarah dan mau mengunjungi museum, pihaknya telah memiliki konsep museum keliling.
Guna mewujudkannya, Kodam memanfaatkan sebuah mobil ambulans kuno merek Chevrolet, sumbangan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. Mobil ambulans bernopol pelat merah D 1671 ini memang unik dari bentuknya yang besar serta dengan setir di sebelah kiri. Karena body-nya yang besar, ambulans ini mendapat julukan "Si Dukun" atau "Si Gajah".
Tidak jelas siapa yang memberikan julukan ini. Namun sebutan tersebut bisa jadi karena ambulans ini memiliki sejarah panjang. Bodi kendaraan yang besar bisa jadi membuat mobil ini dijuluki Si Gajah. Adapun julukan Si Dukun mungkin karena mobil ambulans ini pada kurun 1957-1962 berjasa digunakan oleh RS Majalaya untuk membantu tim kesehatan dalam menyelamatkan para korban kegananasan gerombolan DI/TII SM Kartosuwiryo di Jabar.
Mobil ini juga turut membantu jalannya operasi militer Kodam III Siliwangi dalam menumpas gerombolan DI/TII di daerah Cijapati, Cihanyir, Rancakole, Ibun, Paseh, dan Sekek sehingga tertangkapnya gembong DI/TII di daerah Paseh, Gunung Geber, Majalaya oleh peleton Kompi C Yon 328 Siliwangi di bawah pimpinan Letda Suhanda.
Menurut Hindro, dengan latar belakang sejarah mobil serta bentuknya yang unik ditambah bodinya yang besar, maka pihaknya memanfaatkan mobil itu untuk dijadikan museum keliling. Konsepnya, ujar Hindro, akan dipasang layar khusus untuk menonton film-film sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Ada juga film dokumenter yang bisa ditampilkan di layar mobil museum keliling ini. Pada mobil ini juga akan ditampilkan replika jenis-jenis senjata yang digunakan para pejuang dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan RI serta replika benda sejarah lainnya.
"Salah satu tujuan adanya museum keliling ini untuk membangkitkan kembali kecintaan akan sejarah, serta meningkatkan animo masyarakat dan generasi muda seperti pelajar untuk mau berkunjung ke museum. Museum keliling ini akan bergerak ke lembaga-lembaga pendidikan. Ya, mungkin ke depannya bisa lebih luas lagi," katanya.
Museum keliling dengan mobil ambulans Si Gajah ini diharapkan juga bisa menjadi bagian dalam pengenalan sejarah dengan cara "jemput bola". Atau menambah bahan atau materi pelajaran sejarah di sekolah yang bisa diketahui dari buku.
Dengan museum keliling, pelajar bisa melihat langsung film-film sejarah serta melihat dari dekat beberapa replika benda sejarah. Dengan ketertarikan awal diharapkan bisa menjadi rasa penasaran untuk melihat benda-benda bersejarah aslinya di museum.
"Ke depan, kami juga akan mengonsep kunjungan malam ke museum. Suasana malam tentu berbeda. Kunjungan malam hari ke museum diharapkan bisa menjadi pilihan untuk bisa meningkatkan minat kunjungan ke museum," katanya.
Salah satu konsep lain yang sudah dirancang dan masih akan dirancang lebih detail adalah wisata sejarah napak tilas Prabu Siliwangi. Menurutnya, perjalanan Prabu Siliwangi ke sejumlah tempat di Jawa Barat sangat menarik untuk dijadikan sebuah tawaran wisata sejarah, bukan hanya untuk warga Jawa Barat khususnya atau wisatawan domestik, tapi juga wisatawan mancanegara.
Hindro juga menambahkan, pihaknya sedang dan terus membenahi Museum Mandala Wangsit Siliwangi agar menjadi salah satu museum yang bisa disukai masyarakat. Karenanya, museum ini terbuka tidak hanya untuk rombongan pelajar, tapi juga umum serta keluarga yang dibuka Senin-Minggu pukul 08.00-15.00. Khusus Sabtu dan Minggu, sebagai pemandu dilakukan oleh Komunitas Historia van Bandung yang akan berpakaian tentara zaman baheula.
"Museum juga bisa dijadikan sebagai tempat wisata keluarga, bukan hanya untuk rombongan pelajar saja," katanya. (*)