Seorang Kakek Tewas Disambar KA Pasundan di Perlintasan Wates
Warga Dusun Dipan, Desa/kelurahan Wates itu tewas dengan kondisi kepala remuk
Laporan Reporter Tribun Jogja, Singgih Wahyu Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, KULONPROGO – Nokatri alias Mbah Atmo (79), tewas disambar kereta api setelah nekat menerobos palang pintu kereta yang telah tertutup di perlintasan 683 teteg barat, Wates, Minggu (23/6/2013). Warga Dusun Dipan, Desa/kelurahan Wates itu tewas dengan kondisi kepala remuk.
Informasi dihimpun Tribun Jogja kejadian bermula ketika kereta api Pasundan jurusan Bandung-Surabaya hendak melintas memasuki Stasiun Wates sekitar pukul 13.45 WIB. Petugas jaga lintasan, Ismantoro telah menurunkan palang pintu lintasan empat lajur rel itu dan menunggu kereta melintas.
Namun, tiba-tiba, korban muncul dari arah utara dan berjalan menyeberang lintasan. Ismantoro dan warga di sekitar lokasi pun memperingatkan korban untuk menghindar.
“Sudah saya semprit-semprit pakai peluit dan warga yang berhenti juga membunyikan klaksonnya berkali-kali. Dia sempat berhenti di jalur dua tapi malah seperti kebingungan. Kemudian jalan lagi ke selatan sampai di jalur satu padahal keretanya sudah dekat,” kata Ismantoro.
Kereta Pasundan yang sudah dalam jarak sekitar 500 meter dari perlintasan itu menurut Ismantoro melaju dengan kencang di jalur satu karena tidak berhenti di stasiun Wates. Peringatan yang dilakukannya bersama pengguna jalan tak membuahkan hasil.
Jarak kereta yang sudah cukup dekat dengan korban menyebabkan tabrakan tak dapat dihindari. Korban langsung terpental sejauh sekitar 20 meter ke sisi selatan jalur yang dilewati kereta tersebut. Peristiwa ini sempat menjadi tontonan warga dan pengendara yang melintas.
Anak korban, Yanto (48), warga desa Terbah, kecamatan Wates, tak kuasa menahan kesedihannya setelah memastikan korban yang mengenakan jarik dan baju warna abu-abu itu sebagai ibunya. Menurut informasi warga, korban memang sering melintas di perlintasan tersebut untuk menjenguk anaknya yang berdagang di pasar teteg barat.
“Simbah memang sering ke pasar teteg barat ketemu anaknya. Biasanya sering diberi ongkos untuk naik angkutan. Ndilalah ini tadi mungkin nggak naik angkutan, malah jalan dan menerobos palang perlintasan,” ucap seorang warga yang tak mau menyebutkan namanya.