Simulator SIM Jadi Hantu Penunggu Samsat
Ratusan simulator, mesin simulasi ujian mendapat surat izin mengemudi (SIM) dibiarkan nganggur
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA-- Ratusan simulator, mesin simulasi ujian mendapat surat izin mengemudi (SIM) dibiarkan nganggur. Perangkat teknologi bernilai miliaran rupiah tersebut hanya menjadi penunggu ruang gedung Sistem Administrasi Satu Atap (Samsat).
Bahkan sebagian malah masih teronggok menjadi penunggu gudang kepolisian kota/kabupaten di Jatim.
Toatal ada 188 unit simulator SIM di jajaran Polda Jatim. Semua perangkat teknologi modern itu kini seakan menjadi hantu. Semua Samsat di Jatim ketakutan menyentuhnya. Situasi ini terjadi setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membongkar korupsi pengadaan barang senilai Rp 196,87 miliar tersebut. Apalagi setelah KPK menggerebek markas Korp Lalu Lintas (Korlantas) Mabes Polri, 30 Juli 2012 lalu.
Ketakutan menyentuh simulator SIM makin menjadi, setelah penanggung jawab proyek, mantan Kepala Koorlantas Mabes Polri, Irjen Djoko Susilo dijebloskan tahanan, Desember 2012 lalu.
Sejak itu, semua kegiatan yang berhubungan dengan simulator SIM berhenti total. Samsat sedang getol belajar dan melakukan uji coba, serentak menghentikan kegiatannya. Begitu juga Samsat yang sudah siap mengoperasikan, spontan membatalkan pemberlakukan. Semua petugas yang sudah dilatih mengoperasikan, kini balik bekerja konvensional.
”Kami dalam dilema. Sampai sekarang tidak bisa pakai atau memfungsikan alat simulator karena statusnya kan barang sitaan (KPK),” tutur Kasatlantas Polrestabes Surabaya, AKBP Sabilul Alif menjawab pertanyaan Surya, Selasa (9/7) kemarin.
Kondisi serupa diungkapkan Kapolres Jombang AKBP Tri Bisono Soemiharso. Pihaknya belum berani sama menggunakan enam simulator yang diterimanya. Enam unit simulator itu terdiri dua unit simulator SIM R4, dan empat simulator R2. Perangkat itu sudah selesai dirakit dan siap diujicobakan. Dua personil juga sudah dikirim mengikuti pelatihan operator.
Kini barang-barang itu, menurut Tri Bisono, dibiarkan tak terpakai di ruangan khusus di Kantor Satlantas Polres Jombang. “Kami belum pernah menggunakan, karena sampai sekarang memang belum ada instruksi atau petunjuk teknis dari atas,” kata Tri Bisono, Rabu (9/7).
Di Kediri Kota, kondisi simulator SIM malah masih berada di gudang. Barang kiriman Mabes Polri itu masih terbungkus rapi. “Sejak tiba dari mabes sampai sekarang belum pernah dibuka,” ungkap AKP Surono, Kasubag Humas Polres Kediri, Selasa (9/7).
Polres Kediri Kota mendapat jatah empat simulator R2 dan dua unit simulator R4. “Semua alat simulator itu masih terbungkus karena belum pernah difungsikan semuanya,” jelasnya.
Harian Surya, berkesempatan melihat simulator SIM milik Polrestabes Surabaya. Polrestabes mendapatkan jatah delapan unit, terdiri lima simulator R2 (roda dua) dan tiga R4 (roda empat). Mesin itu diterima dalam dua gelombang. Pertama simulator R2 datang, Oktober 2011. Dua bulan kemudian, simulator R4 menyusul. Saat datang, simulator buatan PT Inovasi Teknologi Indonesia (ITI) itu masih protolan.
Butuh seminggu untuk merakitnya. Ada teknisi khusus yang didatangkan perusahaan milik Sukotjo S Bambang itu sampai simulator bisa dioperasikan. “Saya yang menerima alat-alat ini,” kata Ketua Pokja Uji Klinik Kendaraan, Aiptu Naryadi, Senin (8/7). Saat itu, pengadaan alat simulator SIM ini belum menjadi skandal.
Simulator ini terdiri replika sepeda motor. Hanya roda, rangka dan kaki-kakinya yang berupa spare part asli. Bagian lainnya, mulai dari tangki, bodi sampai mesin, hanya terbuat dari plastik.
Kendaraan replika itu dipasang menghadap monitor ukuran 32 inci. Monitor ini menjadi simulator, seolah kendaraan sedang melintas di alam nyata. Situasi ini mirip video game yang biasa ditemui di Time Zone dan lain-lain.
Bedanya, replika kendaraan simulator ini terhubung dengan komputer, yang berfungsi merekam akurasi berkendaraan. Hasil simulasi kemudian dicetak melalui seperangkat printer, tak jauh dari komputer.
Sebuah kamera mini dipasang di bawah monitor. Menghadap persis ke arah penunggang kendaraan replika. Kamera berfungsi memotret wajah pemohon SIM.
Sayang setelah dua tahun kedatangannya, simulator SIM di Satpas Colombo kondisinya mulai tidak normal. Dari lima simulator R2, hanya dua yang berfungsi baik. Sedangkan R4, hanya satu dari tiga yang bisa dipakai. ”Banyak yang rusak karena jarang dipakai,” imbuh AKP Siswinto, Paur Samsat Colombo.
Simulator yang masih bisa dipakai ini pun kondisinya tidak prima. Simulator R2 misalnya, kondisinya sudah banyak berkarat, saund system, setir, dan kondisi replika motornya tidak berfungsi maksimal. Jarang difungsikan, membuat simulator berselimut debu tebal. ”Ya begini ini kondisinya,” ungkap Naryadi, anggota Satlantas Polrestbes Surabaya.
Kerusakan ini sudah dilaporkan ke Mabes Polri. Jawabannya spare part belum tersedia, sehingga tidak bisa diperbaiki. Upaya perbaikan ini kemudian terbengkalai, setelah KPK mengendus penyimpangan, kondisi simulator SIM semakin tak terurus. Januari 2013 lalu, KPK memeriksa semua unit simulator di Jatim, termasuk di Surabaya.
Polrestabes Surabaya menempatkan lima simulator R2 di dua ruangan. Satu ruangan berisi tiga alat, dua alat sisanya ditempatkan di ruangan sebelah. Ruangan itu berukruan 49 meterpersegi. Bukan cuma kondisi simulatornya yang mengkhawatirkan.
Ruangan sosialisasi simulator juga mulai rusak. Hujan deras yang melanda Surabaya membuat atap ruangan bocor. Genangan air hujan masih membekas di lantai. Karena jarang dibuka, ruangan ini terasa pengap dan bau.
Diungkapkan Siswinto, simulator SIM ini sempat dioperasikan. Surabaya bisa dibilang mengawali rencana penerapan. Awal tahun 2012, masyarakat pemohon SIM di Surabaya sudah bisa mencoba simulator. Namun akhirnya aktifitas ini terhenti karena banyaknya alat yang rusak.
Awalnya, satu simulator R4 yang rusak. Kemudi simulator diketahui tidak berfungsi normal. Pemakaian terus menerus dan berganti-ganti orang menjadi penyebab. Kendaraan simulasi ini rupanya butuh sentuhan tangan yang lebih halus dibanding kendaraan sebenarnya.Kerusakan berturut-turut diikuti mesin simulator lain. ”Kebanyakan memang ada masalah dengan setir dan koneksi komputernya,” ungkap Siswinto. (idl/ab/uto/dim)