Permintaan Kolang Kaling Meningkat 5 Kali Lipat
Permintaan kolang-kaling yang meningkat, membuat Mulyani (45), warga Desa Ngemplak, Kalikotes, menambah barang dagangan
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS. COM, KLATEN – Permintaan kolang-kaling yang meningkat, membuat Mulyani (45), warga Desa Ngemplak, Kalikotes, menambah barang dagangan tersebut. Pedagang Pasar Tradisional Kota Klaten tersebut biasanya hanya berdagang buah-buah, namun saat Ramadan, dia menambah barang dagangannya dengan kolang-kaling.
“Memang saat Ramadan, pembali kolang-kaling ramai dari pada hari-hari biasa. Soalnya para pembeli menggunakannya sebagai makanan tambahan saat Ramadan. Biasanya, saya hanya jualan buah-buah, dan saat Ramadan kali ini saya juga jual kolang-kaling,” tutur Mulyani, di Klaten, Jumat (12/7/2013).
Sembari membersihkan kolang-kaling yang dari air pencuci, dia mengatakan kolang-kaling yang dijualnya seharga Rp 10.000 per kilogramnya, dan untuk cing-cau seharga Rp 6.000 per kilogramnya. Setiap harinya rata-rata dia dapat menjual 20 sampai 30 kilogram kolang-kaling.
Sementara itu, seorang distributor kolang-kaling di Pasar Kota Klaten, Suratmi (35) mengaku permintaan biji Pohon Aren itu selalu meningkat saat Ramadan. Warga asal Desa Karanganom, kecamatan Klaten Utara itu hanya menjual kolang-kaling sebanyak 100 kilogram per hari. Namun saat ramadan bisa mencapai 500 kilogram setiap harinya.
“Biasanya cuma beberapa karung, saat Ramadan jadi dua puluhan karung kolang-kaling. Sekitar 500 kilogram yang laku saya jual. Selain dari pembeli langsung datang kemari, para pedagang banyak yang mengambil ke sini untuk dijual lagi,” jelasnya.
Suratmi menambahkan, stok kolang-kaling tersebut diambilnya dari distributor besar di Jalan By Pass Klaten. Kolang-kaling tersebut berasal dari Tasikmalaya. “Saya membelinya dalam keadaan kering. Kemudian saya membersihkannya dengan air dari getahnya. Kalau tidak biasa, bisa terasa gatal,” imbunya, sembari mengaduk kolang-kaling di gentong plastik ukuran besar yang telah diisi air. (oda)