Jelang Tradisi Syawalan, Penjual Ketupat di Klaten Panen Rejeki
Sepekan setelah Idul Fitri, masyarakat Jawa selalu melakukan tradisi Lebaran Ketupat yang lebih dikenal dengan Syawalan
Laporan Reporter Tribun Jogja, Obed Doni Ardiyanto
TRIBUNNEWS.COM, KLATEN – Sepekan setelah Idul Fitri, masyarakat Jawa selalu melakukan tradisi Lebaran Ketupat yang lebih dikenal dengan Syawalan. Banyak warga yang mencari bungkus ketupat atau janur kuning untuk membuat ketupat dan merayakan Syawalan bersama keluarga.
“Biasanya saat akan Syawalan, warga pasti membutuhkan janur kuning atau janur yang telah dibentuk menjadi bungkus ketupat. Puncak Syawalan itu besok (15/8/2013), jadi hari ini banyak pembelinya. Dari subuh hingga pukul 10.00 WIB, saya sudah menjual sekitar 10 ribu bungkus ketupat,” ucap Darno (35), warga Kecamatan Kalikotes, yang berjualan di Pasar Srago, Rabu (14/8/2013).
Darno menjual daun muda pohon kelapa itu dalam bentuk belum dianyam dan sudah jadi bungkus ketupat.
“Harga untuk bungkus ketupat Rp 6.000 hingga Rp 7.000 per sepuluh buah. Tergantung ukurannya. Sedangkan untuk janur kuning, tiap sepuluh lembarnya dihargai Rp 2.500. Janur kuningnya saya membeli. Harganya Rp 2.500 setiap 100 lembarnya,” jelasnya
Sementara itu, salah satu pembeli bungkus ketupat, Endang (37), warga Klaten Kota, mengaku selalu membeli bungkus ketupat saat akan merayakan Syawalan bersama keluarga. Dia saat itu membeli sekitar 20 bungkus ketupat.
“Nanti malam saya mau memasak ketupat untuk Syawalan besok. Saya memang sengaja memilih dalam bentuk jadi, karena tidak mau repot-repot menganyamnya. Tradisi ini selalu dilakukan keluarga saya setelah Idul Fitri,” tutur wanita yang membeli bungkus ketupat bersama anaknya tersebut.